Enggak Usah Sok dan Gaya Hidup di Kota

Ester Trianty Sitompul

Ilustrasi Dangdut (Dok.Istimewa)
Ilustrasi Dangdut (Dok.Istimewa)

Liburan kemarin aku menginap di rumah abangku di kota. Tiap pagi aku mengawali pagi dengan berdoa lalu mendengarkan suara di ponsel abang. Ada orang sedang khotbah firman Tuhan di HP-nya jadi aku ikut mendengarkan. Setelah itu aku membereskan tempat tidur lalu bergegas mencuci pakaian kami yang meninggi melebihi piramida dan Eiffel. Habis beres pakaian itu aku minta abang yang jemur. Abang bilang menjemur pakaian sebanyak itu capeknya pakai banget.

“Tapi enggak apa-apa lah, apalagi kamu ya yang mencuci sebanyak itu. Strong banget, sini aku jemur,” jawab abang.

Ah senang sekali mendengar jawaban itu karena tubuhku sudah gemetaran karena lapar. Saat abang jemur pakaian aku keluar beli makanan untuk kami. Perutku sudah kenyang dan aku kuat untuk beres-beres lagi. Usai bersih semuanya aku pamit ke toko untuk beli kebutuhan seperti susu, mochi, dan cemilan lainnya. Aku berangkat sendirian loh.

Hidup jauh dari orang tua mengajarkan kami untuk melakukan semuanya sendiri dan hidup apa adanya. Abang pernah bilang ke aku kalau hidup sendirian di kota jauh lebih keras dan sadis tapi banyak orang yang sok, sok kaya, sok terkenal, sok lebih baik dari orang desa, sok tahu segalanya, pilih-pilih makanan, boros, dan yang paling parah manja. Terima apa yang kita punya lalu bersyukur. Kalau sok kaya namanya penuh kebohongan yang akan ditimbun dengan kebohongan lainnya.

Abang juga menasihatiku kalau jalan-jalan di kota jangan malu untuk bertanya sama orang lokal saat enggak tahu lokasi yang dituju. Jangan pernah gengsi pokoknya. Nasihat itulah yang aku terapkan dalam kehidupan sehari-hari dan selama menemani abang di kota aku tidak pernah tersesat.

Ester Sitompul
SMP Tenera



Genre:

Tema: