Aku Mau Jadi Apa Saja Kecuali Pemalas

Berni Lius

Dok.The Star

Hobiku main bola. Aku menekuni hobiku itu agar terkenal seperti Christano Ronaldo (pemain bola Juventus). Akan tetapi bapakku tidak suka aku main bola karena takut patah kaki. Terkadang aku menangis karena bapak tidak pernah mendukung hal yang aku sukai. Bapak hanya mementingkan pelajaran di sekolahku. Mungkin bapak mau aku jadi anak yang pandai di mata pelajaran.

Namun semua itu tidak membuatku putus asa. Kata mama, hidup itu penuh dengan tantangan dan orang yang sudah sukses itu, termasuk Ronaldo, punya banyak rintangan. Mereka yang sudah sukses tidak pernah putus asa. Seperti busur panah yang ditarik ke belakang, semakin jauh busur itu ditarik, anak panah yang dilepaskan akan melesat jauh. Kata-kata itulah yang menjadi semangatku masih main bola sampai sekarang.

Mulanya aku anak yang tidak suka bekerja keras. Aku anak pertama sekaligus satu-satunya laki-laki di tengah saudara-saudaraku. Mereka terlahir sebagai perempuan. Sebagai laki-laki katanya aku harus rajin tapi aku malas sekali bekerja. Setiap disuruh orang tua melakukan sesuatu, aku perintahkan adik-adikku mengerjakannya. Kalau tidak mau, aku poles kepala mereka sampai menangis.

Baru-baru ini aku berpikir andai bapakku tidak bekerja keras mungkin aku lahir di dalam tanah karena di atas bumi tidak ada makanan. Bagaimana ada makanan bila tidak ada duit. Ada bila aku mencuri. Tapi aku tidak mau mencuri karena sama saja cari mati. Jalan satu-satunya agar bisa bertahan hidup adalah dengan bekerja keras.

Memang sekarang aku hanya anak pemanen pohon sawit. Tapi aku tidak tahu bagaimana masa depanku. Jika aku mau bekerja keras mungkin saja aku bisa terkenal di seluruh dunia. Seperti kata kakak yang datang dari jauh itu, aku boleh jadi apa saja kecuali pemalas.

Berni Lius
SMP Tenera



Genre:

Tema: