Dokter yang Sok Tahu

Lestari Indah Nainggolan

vectorstock.com

Suatu malam keluarga kami berkumpul berbahagia. Kami banyak bercandanya malam itu dan menertawai banyak cerita. Tiba-tiba adik mau main dokter-dokteran. Bapak dan ibuku mau diajak main, mereka berdua termasuk aku pura-puranya jadi pasien adikku. Adikku, seperti seorang dokter profesional, memeriksa kepala ayahku dengan botol air mineral. Botol itu ceritanya jadi semacam alat pengukur darah.

Adikku bilang penyakit ayah adalah kebanyakan marah dan bandel. Mendengar ucapannya, ayah dan ibu tertawa terbahak-bahak. Apalagi saat adik memberi ayah obat air putih yang sudah dibacakan sesuatu. Terus giliran mamak yang diperiksa menggunakan botol air mineral yang ditempelkan ke kepalanya. Setelah mengamati dengan serius, adikku bilang bahwa penyakit yang diidap mamak adalah cerewet dan marah-marah. Adik menyarankan mamak agar tidak sering cerewet biar penyakitnya sembuh.

Bapak dan mamak tiba-tiba diminta berbaring. Pura-puranya mereka sedang opname di rumah sakit. Mereka menuruti permintaan adikku sambil ketawa. Nah, sambil menunggu dua pasiennya sembuh, adikku menuju ke arahku lalu mulai memeriksa penyakitku. Dia bilang penyakitku cukup serius dan harus segera disembukan.

“Harus segera diobati ini, penyakitnya hmmm..kekurangan kasih sayang,” kata adikku dengan wajah serius.

Tawa kami meledak mendengar perkataannya tentang penyakitku. Kami juga heran kenapa adikku yang masih kecil dan seperti belum tahu apa-apa itu bisa berkata demikian. Sok tahu banget deh dia hehehe. Malam itu sungguh berkesan untuk kami karena sangat terhibur dengan tingkahnya.



Genre: Nonfiksi

Tema: memori