Pucing Gaya-Gaya Piyus

Dwi Ardiyanti

Aku seorang guru di PAUD Tenera. Aku mengajar delapan anak, empat bocah TK-A dan empat TK-B yang menjadi muridku. Ada beberapa anak di TK-A yang ngomongnya masih cadel. Di tengah polemik bangsa bahkan dunia yang sedang meghadapi wabah Covid-19 aku sebagai guru mengingatkan anak-anak agar selalu menjaga kesehatan.

Dok. The Mepilians

Seorang murid bernama Delon bertanya ciri-ciri orang yang kena Covid-19. Aku mejelaskan dengan sabar, karena begitu sulit menghadapi pertanyaan anak-anak seusia itu dengan keingintahuan yang tinggi. Aku senang mereka memperhatikan sampai akhir penjelasan.

Beberapa siswa langsung bercerita pada ibunya tentang kejadian di sekolah. Sore ini kami berkumpul di salah satu rumah orang tua murid yang mengadakan acara di rumahnya. Kami membantu memasak sedangkan anak-anak bermain di halaman. Saat itu kami mau bikin es kelapa karena matahari sedang gagah-gagahnya di atas sana. Bu Udin yang punya warung menyuruh Naurah, anaknya, mengambil es.

Sore itu kami memasak sambil mengobrol tentang virus yang sekarang ditakuti. Suasana mencekam saat salah seorang ibu mengabarkan jumlah orang di Indonesia yang positif makin banyak. Di tengah ketakutan yang mulai datang, dua anak yang ditugaskan mengambil es tadi datang. Seorang anak menggendong boneka sambil menuntun Naurah yang menangis. Dua menangis sedih sekali sampai kami berhenti dari kegiatan yang kami kerjakan. Ibu nya berlari menghampirinya lalu menanyakan apa yang terjadi.

“Adek pucing Buk”, jawab Naurah.
“Apa? Kucing? Adek takut kucing?,” sambar Bu Mandor dengan wajah bingung.
Naurah makin terisak lalu mengulangi jawaban yang sama dengan setengah berteriak. Bu Udin langsung memeluk Naurah sambil berkata maksud anak nya adalah pusing. Tampak semua mulut yang hadir membentuk huruf ‘O’.

“Adek kenapa pusing?,” tanya Bu Udin.
“Adek pucingnya gaya-gaya piyus Bukkkk”. Kepaya adek pucing beyati adek kena piyus Buk”, jawab Naurah sambil menangis.

Kami tertawa mendengar penjelasan Naurah. Suasana yang tadinya mencekam berubah menyenangkan karena kepolosan Naurah. Gaya bahasanya membuat kami melupakan kecemasan yang tadi datang. Gara-gara Covid-19 ini anak-anak selalu menghubungkan semua hal dengan virus. Ada yang menangis, eh dibilang kena virus. Ada yang pusing sedikit langsung dituduh kena virus. Hahahaha.

Perlu kalian ketahui Naurah pusing bukan karena virus tetapi disebabkan matahari yang begitu menyengat sore itu. Saat ini Naurah sehat kok dan kangen sekolah, ibu guru juga.



Genre: Nonfiksi

Tema: Covid-19