Anak Kota dan Anak Kebun Sekarang Akur: Sama-Sama Jadi Burung

Aprilia

Entah apa yang merasuki Corona, mainnya jauh bener ke Indonesia. Manusia jadi lucu dibuat Corona. Banyak kehebatan Corona yang menakutkan ini, apalagi bulan lalu saat Ramadan. Wah, mungkin cuma saat itu saja manusia kompak sama setan, sama-sama ikhlas dikurung di sarang masing-masing.

Dok.Bukuonlinestore

Selain dibuat kompak sama setan, Corona juga berhasil membuat manusia makin mirip sama burung peliharaan. Sudah disemprot, dijemur, berkicau pula di Twitter pakai emoji nangis karena rindu berat dengan kawan-kawan satu geng. “Uwuwuwu enggak bisa kumpul-kumpul lagi” begitu kicauannya, banyak kali pokoknya.

Tapi kalai dipikir-pikir, enggak salah sih pakai emoji. Mungkin ada yang menangis betulan karena sudah kangen sama kawan dan sekolah. Aku contohnya. Bosan kali di rumah, tubuhku sudah meronta-ronta mau main sama teman-teman lagi. Kangen sekali rasanya rombongan mengambil jambu lalu manjat sana manjat sini macam Spiderman.

Selain membidik buah, banyak kebiasaan di sekolah yang ingin betul aku lakukan. Kami tuh sering kali pura-pura jadi orang kaya. Karena hidup di kampung, kami selalu heboh lihat mobil bagus terparkir di sekolah atau di jalan. Kalau sudah begitu, kami auto teriak-teriak lalu ngaku-ngaku pemilik mobil itu.

Biasalah anak kebun, selalu heboh di mana saja. Antijaim pokoknya, beda sama anak kota yang ribet. Tapi sepertinya Corona menghapus status anak kota anak desa deh. Kami sama-sama jadi anak burung: sudah disemprot, dijemur, berkicau pula di medsos hahahaha.



Genre: Nonfiksi

Tema: Covid-19