Pak Teguh yang Kurang Jago Memancing Air

Anggi Saputra

Memancing mungkin hobi yang sangat mengasyikan bagi penggemarnya. Tetapi tidak dengan saya. Bagi saya memancing sangat membosankan karena butuh kesabaran. Tetapi sejak tinggal di perumahan guru, saya harus membiasakan memancing, kalau tidak dilakukan bisa lenyap kehidupan keluarga kami. Suka tidak suka, senang tidak senang saya harus menjalaninya.

Dok.Wikihow

Kegiatan memancing ini sudah rutin dilakukan warga perumahan saat musim kemarau jauh sebelum saya tinggal di sana. Saya dapat informasi ternyata seluruh penghuni di perumahan tidak ada yang suka dengan kegiatan memancing ini alias terpaksa. Bagaimana mau suka, yang dipancing bukan ikan tapi air. Tapi kalau tidak dilakukan maka akan menyesal, bisa jadi satu keluarga kena imbasnya.

Oh ya memancing air di tempat kami ini ada waktunya loh, tidak bisa sembarangan. Biasanya waktu memancing di sini adalah pukul 16.30-17.00 WIB karena pada jam itulah listrik di tempat kami menyala. Kami adu cepat berlarian ke belakang perumahan sambil membawa “alat pancing” ke pompa mesin yaitu gayung yang berisi air.

Di perumahan guru ada empat sumur. Satu sumur digunakan tiga keluarga alias 3 mesin air, itulas alasan kenapa kami harus gesit menuju sumur. Memancingnya tidak perlu waktu lama seperti orang-orang di luar sana, hanya perlu waktu kurang dari satu menit.

Nah, soal memancing air ini ada teman yang sering tidak beruntung, padahal memancingnya gampang. Pak Teguh namanya. Secara fisik Pak Teguh ini mirip sama Tukang Kebun nyalanya.com hahaha.

Ada satu momen yang bikin pinggang saya sakit melihat kesialan Pak Teguh. Waktu itu Pak Teguh mendapatkan sumur bersama dengan Muis dan Om Firman. Di suatu sore mereka serentak untuk memancing. Dalam waktu kurang dari satu menit, mesin air dari Muis dan Om Firman sudah bekerja, tapi apalah daya Pak Teguh masih bersusah payah memancing sambil jongkok. Gaya jongkoknya Pak Teguh itu lucu, capek terhalang perutnya sendiri.

Akhirnya setelah beberapa lama berkutat dengan alat pancingnya, mesin air Pak Teguh pun normal kembali. Wajahnya yang tadi muram seperti zombie kini semringah. Tapi perubahan wajah itu hanya seketika karena air di sumur sudah kering diambil Muis dan Om Firman…. Hahaha mesin hidup air habis, kasihan Pak Teguh.



Genre: Nonfiksi

Tema: memori