Tentang Bisul yang Belum Ada Obatnya

Donda Togatorop

Bisul itu penyakit aneh. Kedatangannya seperti jailangkung, datang tak diundang pulang tak diantar. Dulu bisul sering datang ke anak pundanku (bungsu). Mula-mula kecil seperti jerawat di dahinya lalu lama-lama membesar jadilah bisul. Setelah kami ganti susu fomulanya, baru bisulnya hilang. Dia anak hebat, meski muncul bisul di wajahnya dia tidak menangis. Dia hanya bilang, “Mama, adek bisulan”. Dengan bertambahnya umur dia semakit kuat, sekarang sudah tidak ada bisul lagi.

Dok Wikihow

Setelah si pudan kuat, bisul malah datang menyerang Papanya. Sedikit makan daging saja, tamu tak diundang itu datang. Apalagi setelah makan ikan laut atau asin, wah mereka datang bergerombol menyerang dahi, dada, dan bagian tubuh lainnya. Sekali waktu peternakan di tempatku potong sapi lalu aku mengolah dagingnya jadi rendang. Sedap rasanya sampai semua anggota keluargaku lahap memakannya. Beberapa hari kemudian, tubuh papanya langsung bisulan. Kasihan wajahnya bengkak seperti habis digebukin.

Tidurpun jadi susah. Tak bisa miring kiri apalagi nganan. Aku bujuk dia untuk ke dokter, awalnya menolak karena sedang Covid tapi dengan bujuk rayuku akhirnya menyerah juga. Kami pergi ke dokter langganan untuk berkonsultasi tentang penyakit yang selalu datang ke tubuh suamiku itu. Ternyata bisul tidak ada obatnya. Hanya dengan tidak menyentuh makanan pantangannyalah bisul tak akan datang mengganggu keluargaku lagi.

Kata dokter metabolisme tubuh seseorang dapat berubah-ubah. Ada kalanya tubuh tidak bisa menerima makanan tertentu yang mengakibatkan munculnya alergi, contohnya ya bisul. Akhirnya suamiku hanya bisa pasrah karena hanya boleh makan tempe dan ikan nila saja. Bisul..bisul..menjauhlah dari keluargaku, kami mau bebas makan makanan kesukaan kami ikan asin sambal luar dan ikan teri pucuk ubi yang bisa membuat nasi sebakul habis.



Genre: Nonfiksi

Tema: Keluarga