Terpaksa Ngeles Bajaj di Depan Ortu Murid

Anggiat R

Dok Wikihow

Kemarin SD Tenera melaksanakan gotong royong di kebun sekolah. Waktu menunjukkan pukul 14.56 WIB, empat menit sebelum waktu gotong royong mulai. Secepat kilat aku mengambil kontak (kunci motor) lalu berlari layaknya Usain Bolt menuju motor yang aku parkir bawah pohon sawit. Ah, ternyata kakiku belum memakai alas kaki, kembali aku berlari menuju rumah mengambil sandal.

Tanpa pikir panjang aku pakai sepasang sandal yang pertama ditangkap mata lalu menggeber motorku agar lekas sampai di kebun sekolah. Tidak lucu apabila komandan telat. Sampai di sana para orang tua sudah menunggu dengan alatnya masing-masing. Segera aku buka pintu masuk diikuti para orang tua.

Senang sekali melihat mereka mengayunkan cangkul dengan canda tawa. Wajah mereka semringah, penuh semangat bergotong-royong.

Saat istirahat mereka berkeliling melihat buah-buahan yang ditanam di kebun sekolah. Mereka senang sekali, menjerit histeris ketika menemukan buah jambu biji dan jambu air.

Waktu terus berjalan, saya memberikan aba-aba melanjutkan gotong royong. Dengan sigap para orang tua mengambil cangkul lalu melanjutkan bersih-bersih. Seorang ibu melihat ke arah kaki saya, dia berbisik ke teman di sampingnya. Setelah itu si ibu tertawa dengan kerasnya sampai membuat semua orang tua lain heran lalu bertanya apa yang ditertawakan termasuk saya.

Si ibu tidak menjawab tetapi masih terus tertawa sambil menunjuk kaki saya. Saya lihat ke kaki, tidak ada yang berbeda, malah berpikir ada binatang yang mendekat. Si ibu tersebut masih tetap tertawa “ha..ha..ha..ha” begitu. Mungkin kasihan melihat wajah saya penuh tanda tanya, dia akhirnya memberitahukan sebab tawanya. Setengah teriak dia bilang ke semua orang tua bahwa sandal yang saya pakai dua-duanya sebelah kanan.

Semua torangtua melihat ke arah kaki saya dan tertawa-tawa. Aku merasa malu dan ikut tertawa. Memang benar saya memakai sandal yang keduanya sebelah kanan. Untuk menutupi rasa malu aku ngeles dengan berkata bahwa sandal ini adalah kreativitas di masa Covid dengan memanfaatkan barang-barang yang masih bisa dipakai. Jujur dalam hatiku aku sangat merasa malu. Aku tidak tahu apakah ini faktor usia atau hanya karena terburu-buru. Hanya waktu yang dapat menjawab.



Genre: Nonfiksi

Tema: sekolah