Menjawab Protes Anak TK

Dhika Lily Suryani

Dok.Wikihow

Bertatap muka dengan anak-anak muridku sangat menegangkan. Lama tidak bertemu karena Corona membuatku keki plus kaku saat bertemu kembali dan pasti ketegangan itu bercampur rasa canggung. Meski sudah masuk sekolah satu hari dalam seminggu, namun rasanya masih kurang untuk mendekatkan diri kembali dan bercengkerama bersama mereka.

Senin, 5 Oktober 2020, jam sudah menunjukan pukul 07.30 WIB. Aku menunggu di depan sekolah, belum ada tanda kedatangan murid-muridku. Salah satu orangtua murid lewat lalu aku panggil ke mana Kila, anaknya, kok belum berangkat. Dia menjawab anaknya sedang menjemput teman-temannya, mau berangkat bersama. Jawaban itu melegakan sekaligus membahagiakan hati, ternyata anak-anakku masih semangat sekolah, beda seperti yang aku pikirkan selama ini.

Tak lama Kila datang bersama empat orang temannya yang dia jemput satu-persatu. Rumah Kila sebenarnya paling dekat sekolah tapi dia rela melangkahkan jauh kakinya mendatangi rumah teman-temannya, sungguh mulia. Kila ini anak yang rasa ingin tahunya sangat besar. Dia kritis juga sehingga sebagai guru aku harus benar-benar teliti menjawab pertanyaannya. Kila mengulurkan tangan padaku mau salaman tapi aku bilang karena masih Corona cukup lambaikan tangan saja.

“Ibu enggak sopan, orang salaman enggak boleh. Kenapa mealah dadah (melambaikan tangan) kan aku tidak pergi,” protes Kila.

Aku bingung sendiri menjawab pertanyaannya. Aku hanya bisa bilang biar virusnya lekas pergi. Dia pun mengerti, mungkin karena Kila sudah diberitahu ibunya tentang Corona yang menyebarnya cepat sekali, bahkan lewat sentuhan tangan. Setelah pertanyaan level satunya selesai, aku buka dua kancing baju Kila untuk mengukur suhu tubuhnya. Saat itulah aku masuk level dua Kila.

“Kenapa ibu pasang itu? Aku enggak sakit Bu. Ibu enggak usah bingung, Kila malah yang bingung,”

Aku tertawa dengan protes level duanya itu. Kembali aku jelaskan dengan singkat sekaligus padat untuk apa aku buka kancingnya. Setelah ia menerimanya, aku sempat dagdigdug apakah selanjutnya akan masuk level tiga atau tidak. Syukurlah setelah itu dia langsung masuk kelas lalu bernyanyi dengan teman-temannya.



Genre:

Tema: sekolah