Geng Sekolah dari Dulu sampai Sekarang Tidak Berubah

Anonim

Dok.Selipan

Libur selesai. Aku masuk kelas baru. Sampai di sekolah kami baris rapi di halaman lalu Kepala Sekolah (Kepsek) membacakan pembagian kelas, namaku turut disebut. Setelah itu aku masuk kelas baru lalu mencari bangku sekaligus teman. Ah, kebetulan ada yang mau satu bangku sama saya, kami pun berteman.

Satu minggu berlalu, saya sudah punya geng bernama “My Girl Friends”. Sebelum masuk sekolah atau ketika istirahat pertama kami bertukar pikiran tentang pelajaran. Kami juga berbagi gosip baik dan buruk, enggak kalah sama emak-emak yang suka ngerumpi. Kami selalu sama-sama, ikut kegiatan ekstra yang sama juga. Seru sekali pokoknya.

Suatu hari kami berselisih, biasalah namanya saja geng cewek pasti ada yang berantem. Kebetulan yang berselisih adalah teman satu bangkuku dengan teman geng yang lain. Selama pelajaran perkelahian terus berlangsung, mereka saling debat di belakang guru, saling lempar kertas yang isinya tentang selisih paham itu. Andai ada kesempatan aku ingin sekali menengahinya.

Kejadian di sekolah itu aku ceritakan ke mamaku yang setelah mendengarnya senyum-senyum sendiri lalu tertawa. Kata mama, di zamannya sekolah juga sama. Kertas selalu jadi alat untuk ngobrol atau marahan sama teman satu geng saat pelajaran. Bisa juga jadi alat bagi contekan kata mama ketika guru lengah. Dari zaman dulu lempar-lemparan kertas di kelas itu hal biasa, ternyata kebiasaan itu bertahan sampai sekarang ya.



Genre: Nonfiksi

Tema: Sekolah