Isman Thoyib: Kerja Keras Tidak Pernah Berkhianat

Isman Thoyib (@dedyloy)

Dari sebuah kota kecil bernama Klaten, Isman Thoyib memulai perjalannya sebagai pebasket. Baru kenal basket setelah lulus SMA, Om Isman Thoyib menarik perhatian para pelatih basket di Klaten karena tinggi badannya, 202 cm. Tapi dia tidak menganggap itu sebagai sebuah keuntungan dan bekerja lebih keras dari rekan-rekan satu timnya yang lain hingga menarik perhatian pemerhati dan para pelatih basket di Jakarta.

Kini saat ada yang menyebut namanya ke telinga pemerhati atau pecinta olahraha bola basket Indonesia, kata yang terbayang dalam kepala mereka adalah legenda. Ia mencetak banyak prestasi seperti enam kali membawa timnya juara liga basket pro dan tiga kali mempersembahkan medali perak Sea Games bagi Indonesia.

Om Isman sempat pensiun 2018 namun mengakhirinya lebih cepat. Saat ini dia bergabung dengan Bima Perkasa, klub basket asal Yogyakarta. Nyalanya kemarin main ke mess Bima Perkasa untuk mewawancari Om Thoyib yang menjawab semua pertanyaan dengan gembira.

Nyalanya
Om apa rasanya disebut jadi legenda? Kenapa come back ke dunia basket?

Isman Thoyib
Biasa saja, legenda itu kan hanya predikat saja. Saya selalu bersyukur dengan apa yang diraih. Kalau keuntungan, ya adalah dikasih diskon kalau beli sepatu hahahaha. Kenapa kembali dari pensiun? Saya sudah beberapa kali pensiun terus kembali lagi. Mungkin jiwa saya di basket, itu saja.

Memang ukuran sepatu Om Thoyib berapa? 50?
Hahaha ukurannya susah, jarang ada di Indonesia. Kadang harus pesan di luar baru dapat.

Dengan tinggi segitu naik becak susah enggak?
Hahahahaha…kalau becaknya ada atapnya jelas enggak mungkin. Atau yang susah menekuk kaki, malah sering bablas ke aspal hahaha.

Susah juga ya Om hahaha. Eh berarti yang paling penting untuk jadi pemain basket itu apa? Apakah tinggi badan atau skill?

Basket atau olahraga apapun yang penting hati. Saya yakin itu. Kata orang tua saya, melakukan apapun hati harus senang dulu. Segala sesuatu yang dilakukan, benahi hati dulu pasti nanti hasilnya bagus. Kalau prestasi bagus, materi akan mengikuti. Kalau mau berprestasi, semuanya harus semangat dan kerja keras. Bikin semua hal yang teman-teman lakukan di basket atau apapun selalu berkesan. Jadikan setiap pertandingan selalu berkesan, enggak peduli menang atau kalah.

Bagaimana caranya bikin semua pertandingan itu berkesan Om?

Dengan berpikir positif. Kalau kita kalah, kesannya kita bisa itropeksi. Kalau kita juara lebih berkesan lagi, buat kita pribadi, teman, keluarga, pecinta basket kalau juara kita punya kebanggaan sendiri.

Isman Thoyib (kanan) saat latihan bersama Bima Perkasa (Foto: @musikjogja)

Inget enggak Om bagaimana awal mulanya kenal basket terus bisa jadi pemain profesional?

Saya kenal basket setelah lulus SMA. Gara-gara nonton NBA, lihat Shaquile O’neil (legenda basket Amerika). Dari nol pokoknya terus latihan di Klaten. Setelah tiga bulan latihan sama pelatih, tiba-tiba saya diajak ke Jakarta. Saya juga juga enggak tahu kenapa diajak ke sana, pikirannya waktu itu mau jalan-jalan. Ternyata disuruh latihan sama klub pro. Waktu itu ada pemilik yayasan dan pelatih ramai-ramai bilang ke saya, ‘Jangan malu-maluin orang Klaten di Jakarta’

Saya langsung dites latihan fisik, lari 25 putaran lapangan sepakbola padahal baru main basket tiga bulan. Ingat apa yang dikatakan pelatih kalau tidak boleh malu-maluin orang Klaten saya lakukan semua tesnya. Saya lari 25 putaran siang-siang waktu panas-panasnya. Saya baru dapat sembilan putaran, kaki saya sudah capek banget. Pelatih fisiknya bilang, kalau enggak kuat berhenti saja tapi saya termotivasi agar nggak malu-maluin orang Klaten.

Saya tahan sampai 16 putaran, malah pelatihnya yang ketakutan disuruh berhenti, tapi saya tetap lari sampai 25 putaran. Akhirnya sampai 25 disuruh berhenti saya bablasin aja, di dekat lintasan lari ada pohon kan, teryus saya peluk pohon itu, muntah-muntah di sana. Hahaha

Tapi para senior, pemain lain yang lebih dulu gabung klub pro senang melihat momen itu. Setelah itu saya baru tahu kalau masuk klub Aspac terus saya ketemu lagi sama pelatih saya itu. Dia bilang lagi dua tahun harus masuk Timnas. Duh saya bingung, pakai kostum saja belum sudah ditarget lagi. Tapi syukurnya senior saya baik semua, dari Denny Sumargo, Riko Hartono, dan lain-lain. Mereka memotivasi saya jangan jadi pemain malas.

Saya bangun subuh, lebih cepat dari yang lain, skiping, sarapan, lalu menyiapkan peralatan latihan. Habis latihan, istirahat sebentar, eh siangnya diajak fitnes sampai sore. Setelah maghrib ketemu senior lagi, ‘eh kamu ngapain leyeh-leyeh, ayo basketan lagi, latihan’. Setiap hari begitu, pulang selalu jam 10 atau 12 malam.

Gila sekeras itu latihannya. Tapi dampaknya luar biasa untuk karier.

Tahun pertama saya jadi sixth man (pemain penting dari bangku cadangan) terus tahun kedua disekolahkan ke Filipina. Di sana saya belajar lagi, pokoknya kursus apa saja. Teman kursusnya ya anak-anak kecil, saya mau membekali diri dengan banyak ilmu. Nah di tahun ketiga basket pro baru masuk Timnas, sedikit melenceng dari target pelatih dari Klaten itu karena saya ada ke Filipina.

Dampak basket itu banyak sekali. Hasil dari basket yang pasti buat orang tua, keluarga, untuk teman-teman yang lain. Lewat basket, saya yang dari enggak punya apa-apa jadi begini. Awalnya saya hanya ingin menaikan haji orang tua. Enggak muluk-muluk terus dapat banyak teman bisa saling tukar informasi. Semua saya dapatkan lewat basket.

Om paling enak dilayani sama Point Guard (playmaker) siapa, Mario Wuysang?

Sama Uncle Roe, alias Mario Wuysang. Kami pernah ditaruh satu kamar waktu di Timnas. Dia enggak bisa bahasa Indonesia, saya enggak bisa bahasa Inggris. Kami bingung mau ngobrol gimana jadi yaa sejenis pakai bahasa isyarat. Pengalamannya dia di luar negeri sudah banyak sekali, basic basketnya, jadi suka banget satu tim sama dia.

Pencapaian yang belum terwujud di basket?
Kalau saya Insya Allah semua sudah terwujud dari prestasi sudah. Yang pasti bersyukur dulu atas apa yang sudah didapat. Nanti seiring berjalannya waktu pasti kita akan sadar.

Om Thoyib kan juga PNS nih, bagaimana caranya membagi kerjaan antara PNS dan pemain basket?

Jadi PNS itu kan reward, siapa yang sumbang medali bisa daftar PNS tahun 2007 kemarin boleh daftar PNS. Kebetulan saya dapat izin dari Gubernur Jateng Ganjar Pranowo untuk main lagi. Saya diingatkan untuk terus membawa kebanggan pegawai negeri Jawa Tengah. Mencetak prestasi untuk membawa nama Jawa Tengah.

Om Thoyib bisa setinggi itu makan apa sih?

Kalau saya alami sih, tapi waktu kami ke luar negeri ada ahli kesehatan yang memberi tahu tips agar masa pertumbuhan kita maksimal. Pertama, makanan dengan gizi bagus. Susah sih di Indonesia, karena di sini makanan enak banyak minyaknya. Banyakin protein. Kedua, istirahat yang cukup, jangan begadang. Tiga olahraga teratur, benar-benar teratur. Kalau bisa dilakukan tiga-tiganya Insya Allah hasilnya bagus.

Pernah menemukan hal unik enggak selama karier misalnya ada pemain yang biasa saja tapi pekerja keras atau pemain jago tapi jarang latihan?

Selama aku berkarier, selama ada pemain yang mau bekerja keras meskipun di bawah rata-rata pasti akan dipakai sama pelatih meski ada yang jago tapi jarang latihan. Kita pas latihan bagus pasti akan memperhitungkan, bukan asal yang ‘dia jago’ atau gimana. Yang namanya pelatih, di mana saja, pasti suka pemain pekerja keras.



Genre: Wawancara

Tema: Olahraga