Beasiswa Saja Belum Cukup

Solikhah

Dok Wikihow

Semua orang punya cita-cita sekolah setinggi-tingginya. Begitu juga aku yang pada saat itu telah menyelesaikan Evaluasi Tahap Akhir (EBTANAS), sekarang namanya UN.

Waktu itu aku di antara dua pilihan: melanjutkan kuliah atau bekerja. Suatu hari aku dipanggil guru BK lalu beliau menasihatiku sekaligus menyarankan kuliah karena prestasiku sangat bagus. Tapi aku masih dilema.

Hingga suatu hari aku dipanggil oleh Kepala Sekolah. Dia bilang aku adalah salah satu siswa yang mendapat kesempatan masuk Universitas Bengkulu dengan beasiswa Supersemar dengan catatan lulus tes masuk mengalahkan ribuan peserta lain. Tanpa pikir panjang aku ambil beasiswa tersebut meski peluang lulusnya kecil.

Aku beli beberapa buku SNMPTN, aku pelajari setiap malam. Kerja keras berbuah manis, aku diterima di Fakultas Pendidikan jurusan Matematika. Bahagiaku bercampur cemas karena harus membayar uang administrasi. Beasiswa yang dijanjikan oleh Supersemar baru cair akhir semester pertama. 

Di satu sisi aku ingin sekali kuliah di sisi lain terbentur biaya. Orang tuaku mencari solusi dan akhirnya mendapatkan pinjaman untuk pembayaran uang masuk kuliah yang kala itu sebesar Rp990 ribu. Uang pinjaman itu aku pakai melunasi uang kuliah. Di semester berikutnya aku bertekad agar tetap mendapatkan beasiswa agar aku tak putus kuliah. 

Delapan semester aku lalui dengan susah payah karena uang beasiswa sebesar Rp360 ribu tidak cukup membayar uang kuliah. Aku harus mencari tambahan sebesar Rp140 ribu lagi karena uang kuliah yang harus kubayar sampai setengah juta rupiah, tetapi setidaknya nominalnya sudah sangat membantu kedua orang tuaku. 

Di semester akhir aku kuliah sambil bekerja karena ada tambahan biaya skripsi. Kami waktu itu masih mengerjakan skripsi di rental komputer karena harga laptop masih sangat mahal. Tanggal 21 Desember 2006 aku lulus kuliah. Kami sangat lega sekaligus bahagia karena bisa melewati empat tahun yang berat itu. 



Genre: Nonfiksi

Tema: Memori