Mengelilingi Afdeling demi Susu Adik

Windia Sihombing

Dok Babydestination

Aku adalah anak pertama dari pasangan pekerja keras. Ayahku bekerja sebagai operator dozer yang berpindah-pindah tempat. Dia kerap meninggalkan ibu yang ikut membantu ekonomi keluarga dengan berjualan keliling Afdeling. Hasil jualan untuk tambahan beli susu ketiga adikku yang masih kecil-kecil saat itu. 

Saat aku duduk di kelas 4 SD aku dibiasakan membantu orang tuaku jualan makanan seperti sate, soto, lontong sayur, kopi, dan gorengan. Kadang kami jualan di acara-acara desa. Kalau sedang sepi acara, kami keliling 12 Afdeling jual makanan. 

Sambil duduk di atas gerobak, aku melihat suasana baru di tiap Afdeling. Tapi ada sedihnya juga, terutama saat barang jualan tidak habis. Medan berat memang harus kami taklukkan demi susu adik-adik. Jalan licin yang membuat keseimbangan oleng sehingga barang dagangan jatuh dan pecah lalu angin kencang yang bisa bikin motor melayang satu dari sekian tantangan yang harus aku lewati. Oh iya, pernah juga kami dihadang ular besar di tengah jalan. Kami terpaksa menunggu itu ular pergi. 

Tuhan maha baik. Setelah tiga tahun berjualan keliling Afdeling, kami diizinkan jualan di halte simpang pabrik. Meskipun tak perlu berkeliling lagi, jualan di sana punya tantangan yang sama beratnya. Hujan, angin kencang, debu, kena luncuran batu dari mobil, adalah santapan kami selama 12 tahun berjualan.

Ibu jualan sampai aku lulus kuliah. Saat libur aku menggantikan posisisnya agar ibu punya waktu beristirahat. Susah sekali mencari uang, gaji ayah tidak cukup membiayai delapan orang di rumah. Harus menguliahkan 2 orang anak, itu juga jadi masalah buatku. Aku bertekad menyelesaikan kuliah secepatnya supaya bisa membantu adik-adikku sekolah.

Selama kuliah aku hanya minta uang kiriman tidak lebih dari Rp500 ribu per bulan. Aku pernah minta tambahan Rp100 ribu saat adik tinggal bersamaku. Jika menginginkan sesuatu aku harus berjualanan. Hasilnya aku tabung untuk bayar kuliah adikku.

Saat ini aku sudah berkerja dan mengabdi sebagai guru ekonomi di  SMA Tenera. Pendapatanku tidak seberapa tapi cukup untuk membantu orang tuaku menguliahkan adik.  Puji tuhan adikku sudah lulus dan kini siap bekerja. 



Genre: Nonfiksi

Tema: Memori