Tidak Semua Bisa Aku Bagi

Roida Yanti Nainggolan

Dok Wikihow

Bangun pagi itu menjengkelkan. Namun karena anak paling besar jadi urusan rumah aku yang harus membereskan. Setiap hari aku menghabiskan sekitar satu jam untuk beres-beres rumah dari menyapu sampai cuci piring. Setelah selesai aku biasanya bingung mau ngapain lagi. Ketika bingung datang, rumah Febby, kawan sekolahku jadi jawabnya.

Di sana aku menemukan kebahagiaan lain. Di rumah Febby aku bisa berkhayal. Kami bisa pergi ke 10 tahun yang akan datang atau pulang ke masa kecil. Bahagia sekali rasanya, kami adalah sahabat yang mampu memotong atau memperpanjang waktu sesukanya.Kadang kami juga menggosip tentang orang-orang di sekolah, soal apa saja yang bisa jadi bahan julid.

Kalau bosan ke masa lalu atau masa depan, kami biasanya mengerjakan tugas sekolah. Di sana otakku encer sekali menjawab soal, tidak seperti di rumah yang harus aku sambil menjaga adikku. Ibunya orang baik. Selalu membawakan makanan ketika kami berpetualang di kamar. Apalagi sedang mengerjakan tugas, makanan ibunya jadi suntikan energi bagi kami. 

Tapi tidak semua bisa aku bagi dengan Febby. Sebagian hidup ada dalam diary berwarna kuning yang baru saja aku temukan. Aku sempat kehilangan diary itu, sehingga lupa dengan rahasia kecil yang aku sembunyikan.

Aku menemukan diary itu ketika membereskan buku tidak terpakai di lemari tua. Saat mau memasukkan buku dalam karung aku melihat buku berwarna kuning yang tergembok. Aku menepuk jidat, baru ingat bahwa beberapa tahun lalu aku sembunyikan dalam lemari, bukan hilang. 

Aku membuka lalu pelan-pelan membacanya. Tiap halaman membawaku ke masa-masa SMP. Ada cerita tentang kebahagiaan, kebodohan, dan rentetan kesedihan. Di lembar kesekian aku menemukan kisah cinta pertama, tentang kekaguman sama abang kelas. Saat membacanya aku jadi geli, betapa konyolnya masa remaja di SMP dulu.



Genre: Nonfiksi

Tema: Cinta