Kuli Bangunan Bukan Soal Uang dan Tenaga

Anggiat R

Dok.Wikihow

Libur Lebaran kemarin masih dalam suasana pandemi. Untuk mengisi liburan saya mencari kegiatan yang bisa menambah pundi-pundi uang sekaligus mengolah tubuh agar mudah membentuk imun yang kuat. Saya merasa kuli bangunan adalah pekerjaan tepat yang bisa memenuhi ambisi saya semasa liburan.

Ternyata menjadi kuli bangunan tidak seperti yang saya pikirkan selama ini. Bukan soal mudah atau sulit tetapi tentang ketelatenan dan semangat dalam bekerja. Pada hari pertama saya diberi tugas mengaduk semen dan pasir. Kami mau membuat pagar dari bata merah. Ketua regu bilang perbandingan pasir dan semen 3:1, artinya semen satu sak pasir tiga klenteng. Remeh betul pekerjaannya kata saya dalam hati. Tidak ada masalah saat mengisi pasir ke dalam klenteng lalu saya tuang dalam pengadukan yang ditentukan.

Setelah jumlah klenteng cukup, saya tuang semen ke atas pasir lalu diaduk menggunakan cangkul agar merata. Perkiraan saya salah, proses pengadukan ini sangat sulit dan menguras tenaga. Bahkan saya kerap berhenti untuk mengumpulkan tenaga sambil melihat sekitar. Tapi, saya tetap semangat dan telaten. Tiba-tiba saya bernostalgia, meratakan pasir dengan semen ini mengembalikan saya ke masa kecil saat main kolam ikan.

Adukanku sempurna, matang. Tibalah giliran tim lain untuk bekerja. Mereka menuang adonan semenku ke dalam ember lalu diteruskan ke pemasang bata. Aku terkesima dengan para pemasang bata. Kerja mereka cepat dan mudah, begitu pikirku. Namun saat aku mencobanya, memasang bata ternyata punya tingkat kesulitan tinggi. Tak satupun bata yang lurus, semen juga berhamburan ke mana-mana. Saya pun berhenti lalu kembali mengaduk semen karena soal aduk mengaduk saya tak bisa dikalahkan.



Genre: Nonfiksi

Tema: Memori