Kalap di Pasar Berujung Saling Ngambek

Unistri

Orang Tua
Dok.Wikihow

Puasa pertama jatuh hari Kamis 23 Maret 2023. Saya sangat antusias mempersiapkan keperluan untuk satu bulan penuh. Kebetulan satu hari sebelum puasa adalah hari pasar di desa kami, Kota Bani.

Di desa kami itu pasar ramainya hanya sekali dalam satu minggu. Saya jarang sekali ke pasar karena sibuk bekerja. Nah, mumpung libur saya memutuskan akan menyelinap di keramaian untuk mendapatkan semua kebutuhan.

Kata Pak Ustaz, pasar banyak setannya. Aku pegang benar nasihat ustaz itu sebelum menggeber motor ke sana. Namun, sampai sana wejangan itu hilang. Saya kalap, hampir semua dibeli. Dari gula,ikan asin, ayam, dan beragam jenis sayur masuk keranjangku.

Kurang lebih tiga jam aku belanja di pasar. Memang memakan waktu, mungkin karena bolak- balik membandingkan harga barang dari satu lapak ke lapak lainnya. Tawar-menawar sampai menemukan harga termurah meski selisih harga cuma Rp500.

Jarum bensin di spidometer sudah ke bagian merah sehingga harus mampir dulu ke POM Bensin. Sampai di sana, ampun aku lihat antrian memanjang seperti kereta api. Ada yang bawa jirigen berukuran besar pula. Aku mengantri selama setengah jam ditemani sengatan matahari.

Tidak ada waktu buat mampir ke mana-mana lagi karena sudah jam sepuluh. Aku meninggalkan rumah hampir empat jam. Di tengah jalan aku berpapasan dengan suami.  Aku berhenti lalu tanya mau ke mana dia.

“Belum tutup pasarnya? Cepat pulang sana!” tegur suamiku sambil melotot.

Dengan rasa gondok aku gas motorku. Sampai di rumah aku pasang wajah cemberut lalu kubanting semua belanjaan. Aku kuceritakan bagaimana perjuanganku di pasar dan antri di POM sehingga suamiku minta maaf.

Hari pertama puasa datang. Aku dan suami bangun lebih awal untuk menyiapkan makanan sekaligus membangunkan anak-anak kami. Aku membangunkan anak pertama yang berusia 11 tahun sedangkan suami membangunkan anak kedua berusia tujuh tahun. Terakhir kami membangunkan si bungsu yang baru berumur lima tahun.



Genre: Nonfiksi

Tema: Ramadan