Tiga Momen Bahagia: Adik Pulih, Anak Bahagia, dan Serangan Fajar

Siti Alfiah

Dok.Wikihow

Januari selalu mengingatkan kami pada momen kepergian ibu. 11 Januari lalu tepat satu tahun kepergiannya. Kami sekeluarga tidak lupa mengirimkan doa. Januari juga memberi kami banyak momen bahagia.

Adikku mampu bangkit dari keterpurukannya, ia mulai tertawa bahagia lagi. Kebahagiaan lainnya aku temukan pada anak-anakku.

Di bulan Januari anak-anak TK Tenera di Afdeling 10 akan belajar di TK pusat. Mereka sangat bahagia saat mendengar kabar belajar di sana, termasuk anak-anakku. Hanya saja ada orangtua yang agak sedih karena mereka lama sampai di rumah setelah pulang sekolah, maklum jarak Afdeling 10 ke pusat sangat jauh.

Hari pertama naik mobil sekolah rasanya sempoyongan. Agak jantungan karena oleng saat melewati jalan berlubang. Namun tidak untuk anak-anakku mereka merasa gembir. Aku senang nan bahagian melihat keceriaan mereka. Sampai di sekolah mereka makin gembira karena mendapat teman baru lalu bermain bersama.

Januari ini hujan mulai datang setelah sekian lama dirindukan. Artinya, selamat datang jamur. Sejak pagi banyak orang berkeliling Afdeling mencari jamur. Matahari belum naik, sudah ada saja yang sudah membawa pulang jamur satu kantong penuh. Warga Agricinal memang paling senang saat musim hujan karena bakal sepuasnya makan jamur.

Saya dulu juga kerap mencari jamur. Namun, sekarang ada sederet kondisi yang bikin saya tidak bias sekuat waktu muda keliling area mencari jamur. Walau tidak pernah lagi mencari jamur, saya tetap harus menyicip makanan yang tumbuh saat musim hujan itu.

Aku meloncat ke rumah tetangga ketika melihat budhe sedang membersihkan jamur. Niatnya sederhana, mau minta jamur tetapi harus basa-basi dulu. Jadilah kami ngobrol-ngobrol. Saa mau pulang saya minta jamurnya budhe dan dengan senang hati dia memberikannya. Senang deh makan jamur tanpa harus keliling Afdeling.

14 Febuari kemarin pemilihan Calon Presiden (Capres). Kami menerima serangan fajar. Eits, jangan salah sangka dulu, serangan fajar ini bukan amplop berisi uang yang diselipkan di bawah pintu rumah, melainkan jamur berkilo-kilo. Serangan fajar ini tidak kami dapat dari politikus.

Ceritanya nih, usai coblosan kemarin kami sekeluarga mampir ke rumah mbah di Afdeling 4. Kebetulan tempat nyoblos kami dekat dengan rumah mbah. Di sana sama saja seperti tempat tinggalku, sedang musim jamur.

Mbah mencoblos pagi-pagi sekali. Setelah itu ia melesat ke tengah perkebunan mencari jamur. Kami yang sedang menunggu kedatangannya di rumah kaget ketika mbah membawa satu karung besar berisi jamur. Mungkin beratnya 20 kilogram. Wah senang sekali dapat serangan fajar macam itu. Kami pun segera gotong royong membersihkan jamur.



Genre: Nonfiksi

Tema: Keluarga