Nurul Hidayati
Saya teringat sepotong cerita saat kuliah. Waktu itu saya gila baca tetapi dana membeli buku sangat terbatas. Seketika terlintas membaca di perpustakaan kampus. Namun, di sana bukunya sangat terbatas, sehingga beralih fungsi jadi tempat nongkrong dan ngobrol.
Seorang teman lantas mengajak ke perpustakaan daerah. Di sana koleksinya cukup lengkap tetapi tidak boleh meminjam lebih dari satu padahal kami memerlukan banyak buku untuk memenuhi hasrat membaca. Jadi kami meringkas isi buku tetapi tidak juga selesai.
Jarak rumah dengan perpustakaan sangat jauh. Harus pakai motor ke sana. Mau naik taksi tidak punya uang, jadi kami mencari buku yang berbeda lalu membacanya bergantian saat sampai di rumah.
Seiring waktu, kebutuhan membaca membesar. Seorang teman berkata, mari ke Gramedia.
Buat kami mampir ke Gramedia itu serupa menghampiri toko mainan. Senang sekali rasanya mengetahui banyak koleksi buku yang sesuai kesukaan dan kebutuhan. Kami membaca sambil berdiri lalu menulis isi buku tersebut. Pada saat asyik menulis, saya ditegur karyawan Gramedia.
“Dilarang keras menulis di sini,” tegurnya.
Saya berhenti menulis tapi tidak kekurangan akal. Kami menulis sembunyi-sembunyi, di menghindari petugas dan agar tidak tertangkap kamera pengawas. Kami melakukan aktivitas itu sampai sore.
Nah,supaya tidak malu keluar dari Gramedia saya dan teman-teman membeli komik yang harganya murah. Seiring waktu saya jadi suka dengan komik karena tidak membosankan dibaca. Susunan gambar dan teks dalam panel disusun sedemikian rupa hingga membentuk cerita. Banyak kekonyolan pula di dalamnya.
Pengalaman ini selalu saya ceritakan ke anak-anak saat mengajar lalu dijawab dengan baik. Bahwa saya tidak perlu lagi sembunyi-sembunyi membaca di Gramedia karena sudah ada internet. Banyak web yang berisi komik gratisan untuk dibaca. Inilah kecanggihan anak sekarang yang dekat dengan dunia digital dan semoga semua kebutuhan mereka, terutama membaca terpenuhi.
Genre: Nonfiksi
Tema: Buku