Mau Enggak Orang Kota Belajar dari Orang Desa?

Gusnita

gotong royong
Istimewa

Aku tinggal di sebuah desa di Kecamatan Marga Sakti, Seblat Bengkulu Utara. Aku senang sekali tinggal di sana. Lingkunganku lumayan bersih. Tetangga kami ramah-ramah dan perhatian satu sama lain. Teman-temanku juga sangat seru sekali kalau diajak bermain, apalagi kalau hari Minggu.

Setiap hari Minggu selepas salat subuh, aku dan teman-teman selalu bersepeda keliling desa. Minggu kemarin aku sempat khawatir tidak bisa bersepeda karena malamnya hujan deras. Orang tuaku bilang hujannya awet, mungkin sampai pagi. Aku pun berdoa pada Tuhan malam harinya agar hujannya jangan lama-lama biar kami bisa main sepeda keliling desa.

“Kriiiiing” jam wekerku bunyi tepat jam setengah enam pagi. Aku langsung buka jendela dan yeeeey ternyata hujan sudah berhenti. Aku lari ke kamar mandi lalu wudhu dan salat subuh. Setelah berpamitan dengan orang tua, aku meluncur keluar dengan sepedaku ke tempat kami kumpul setiap minggunya. Cuaca hari itu sangat dingin tapi sejuk. Mungkin karena malam harinya hujan kali ya. Cuaca yang begini membuat kami bersemangat bersepeda keliling desa. Sejuk dan enak sekali.

Jam tujuh pagi aku kembali ke rumah. Orang tuaku tidak ada di rumah. Kata tetanggaku mereka ada di balai desa berkumpul dengan warga lainnya untuk segera kerja bakti. Kugowes sepedaku ke sana karena ingin ikut kerja bakti sama warga. Pastilah teman-temanku ikut kerja bakti juga.

Pas sampai di sana ternyata sudah pembagian tugas. Teman-temanku yang di sana duluan dapat tugas membersihkan selokan. Aku ikut juga dong, masa anak gaul enggak mau ikut bersih-bersih lingkungan. Tapi kami kaget bukan main saat membersihkan selokan karena ternyata banyak sampah yang menyumbat aliran air apalagi di gorong-gorong bagian dalam. Kalau tidak dibersihkan, pastilah desaku kena banjir karena aliran airnya tersumbat. Kalau banjir aku tidak bisa bersepeda lagi setiap minggu pagi sama teman-teman.

Aku turun ke got lalu mau merangkak ke gorong-gorong itu tapi segera dicegah temanku yang laki-laki, katanya dia saja yang masuk. Wah, kok perhatian sih hehehe. Sampah-sampah yang dikumpulkan tidak boleh dibakar karena asapnya bau dan menimbulkan polusi. Kami pun mengubur sampah-sampah itu. Hati-hati sama tempat bergenangan karena katanya bisa jadi rumah nyamuk demam berdarah.

Setelah membersihkan selokan aku kembali ke rumah. Ibuku sedang sibuk mengisi pot dengan pupuk dan tanah. Kata Ibu penduduk desa sepakat melakukan penghijauan di lingkungan desa dan menanam pohon di rumah masing-masing. Setiap rumah minimal harus punya dua pot agar desaku jadi indah dan hijau. Aku pun langsung membantu Ibu mengisi pot dengan pupuk dan tanah. Tanamannya juga sudah ada tapi aku tidak tahu apa namanya.

Aku berpikir seandainya kota-kota besar itu juga mau gotong royong membersihkan lingkungan rumah masing-masing mungkin tidak ada lagi banjir yang sering kami dengar lihat di televisi. Seandainya mereka datang ke desa kami, para warga desa pastilah mau mengajari orang kota cara gotong royong agar lingkungan sehat dan bagus, seperti tempat tinggalku sekarang ini. Lingkungan yang bersih dan nyaman pasti membuat kita semua sehat dan tidak gampang terkena penyakit.

Gusnita Ika Hidayati
Kelas VIII SMP 65 MSS Bengkulu Utara



Genre:

Tema: