Dikejar Anak Berias Tebal

M. Sihombing

Dok Wikihow

Di hari yang super panas itu aku dan temanku terpaksa naik rakit untuk sampai ke sekolah. Jembatan yang menghubungkan daerah kami dengan sekolah putus karena derasnya air sungai. Untuk menyeberang harus antri naik rakit karena bila kebanyakan penumpang rakitnya bisa tenggelam.

Tibalah giliran kami naik rakit. Kami berdiri tegak dengan sedikit kecemasan di atas rakit. Mata kami lurus ke depan, tidak berani menoleh kiri dan kanan. Saking tegangnya berdiri di atas rakit, aku tak memperhatikan temanku yang berdiri di belakangku.

Sesudah rakit dilepas, tepatnya di tengah sungai ada yang mencolek tanganku, namun tidak aku hiraukan karena fokus menyeimbangkan tubuhku. Tak berselang lama giliran bahuku yang dicolek temanku. Aku pun terpaksa melihat ke belakang, nah saat itulah jantungku rasanya mau meledak. Bukan karena temanku tidak ada lagi di sana, tapi karena sosok di belakangnya.

Di belakang temanku berdiri tegak seorang anak dengan seragam perempuan SMP. Kulitnya hitam tapi bedaknya sangat tebal di bagian wajah, coba bayangkan sendiri, seperti orang India keeling.

Aku menahan rahangku kuat-kuat. Tapi temanku tak kuasa lagi sehingga langsung tertawa terpingkal-pingkal di atas rakit karena melihat sosok perempuan berias bedak tebal itu. Setelah sampai di si anak perempuan tadi melempari kami dengan batu lalu mengejar kami yang berlari kencang sambil tertawa-tawa. Sepertinya dia tahu kalau temanku tadi menertawakannya, untungnya kami bisa melesat ketika sampai di persimpangan jalan.



Genre: Nonfiksi

Tema: Memori