Sebelum Rita Melda ‘Ada’

Rita Melda

Dok Pribadi Rita Melda

35 tahun lalu, tepatnya 11 Februari 1985, untuk pertama kalinya saya menghirup udara planet bumi. Tidak ada satupun momen yang saya ingat saat proses brojol itu. Emak cerita di tahun itu kepopuleran dukun beranak melebihi bidan. Setiap ibu yang melahirkan pasti akan dibantu dukun beranak, begitu juga emak.

Saat Emak mulai mulas, bapak berlari kencang ke rumah dukun beranak yang berjarak satu kilometer dari rumah kami. Saat itu emak yang merasakan kontraksi hebat di atas dipan sederhana ditinggal sendirian. Lama ditunggu, dukun beranak tak kunjung datang. Emak ngeden sekuat tenaga, berjuang di antara hidup dan mati, sendirian.

“Oeek…oeeek..,” suara tangis bayi memecah keheningan. emak menoleh ke arah kakinya, seorang bayi mungil sedang menangis keras di atas kasur. emak menghela napas lega, lalu berdiam diri di atas kasur menunggu dukun beranak datang. Baru bernapas sebentar, rasa mulas kembali datang, sakitnya dua kali lebih hebat dari yang pertama. Mulas..mulas..seperti ada yang ingin keluar lalu emak kembali mengeden dengan tenaga yang tersisa. Terdengar lagi tangisan dari arah kakinya.

Emak sungguh bingung kenapa bayinya ada dua. Karena panik emak tidak sengaja menendang satu bayinya yang baru lahir ke bawah dipan. Suara tangis pecah lagi, sampai memekik telinga. Setelah itu emak tidak sadarkan diri sampai dukun yang ditunggu datang lalu membereskan kekacauan malam itu.

Panik dan bingung berganti rasa bahagia saat pagi hari. Mereka dikarunai dua putri cantik yang diberi nama Rafika Duri dan Maria Fransiska. Timbul pertanyaan kenapa namanya tak mirip bayi kembar kebanayakan. Saya juga tak tahu jawabannya, tapi saya pikir orang tua saya gokil.

Delapan bulan kemudian emak dan bapak merasakan kesedihan karena Maria Fransiska meninggal. Meski sedih emak tetap bersyukur karena masih diberi kesempatan menjaga Rafika Duri yang selanjutnya berganti nama Rita Melda.

Sampai saat ini saya tidak punya kenangan apapun dengan kembaran saya. Yang saya tahu kami berjuang bersama dari rahim emak lalu dia pergi lebih dulu. Semoga kita bisa bertemu lagi di surga, Maria, kembaranku. Tapi ketika saat itu datang, jangan panggil Rafika apalagi Duri, panggil saja Rita Melda.



Genre: Nonfiksi

Tema: Memori