Elizabeth
Aku Elizabeth, sejak kecil sering dipanggil “Bule”. Panggilan itu terus melekat sampai sekarang. Sebenarnya, aku tidak suka dengan julukan itu tetapi seiring berjalannya waktu mulai terbiasa. Aku adalah anak kecil yang suka menjelajah.
Waktu itu temanku kebanyakan laki-laki. Nama mereka Bang Ridho, Bang Ancen, Bang Bos, Bang Dion, dan Bang Kambet. Aku dekat dengan Bang Ridho. Ada juga sahabat kecilku bernama Wenny.
Tiap hari kami selalu berkumpul di halaman rumah Kak Lince atau rumah Bang Ancen. Kebetulan rumah mereka berdekatan dan punya halaman luas. Kasti, bulu tangkis, baling selipar (singkong), sumput sumputan, polisi- penjahat, kejar-kejaran, memancing, kelereng, masak-masakan adalah permainan yang sering kami mainkan. Di tempat itulah kami mengekspresikan kebahagiaan kami dengan penuh canda tawa, marah, dan kesal.
Saat kecil kami juga sekali membuat pondok besar di sebuah pohon yang muat untuk tidur tiduran. Namun, karena tidak mampu membuatnya, kami bikin pondok dari barang-barang yang ada, dibuat dari pelepah sawit dan kardus di tengah perkebunan sawit. Pondok itu bisa diisi empat sampai delapan orang.
Bicara soal pohon, ketika masih duduk Sekolah Dasar (SD) aku dan temanku menyukai tempat bermain di bawah pohon yang kokoh berdiri di lapangan depan sekolah. Di sanalah kami bersenang-senang, tertawa puas tanpa memikirkan kehidupan selanjutnya. Pertemanan kami tidak luput dari pertengkaran tetapi konflik itu hanya sebentar saja.
Pada akhirnya kami berteman hanya di waktu kecil saja. Semenjak beranjak dewasa kami sibuk dengan diri sendiri. Sibuk mencari teman baru dan mulai dilenakan teknologi dan gadget sehingga tidak heran bila sebagian besar remaja menganggap kamar adalah tempat teranyaman menghabiskan waktu. Kamar adalah tempat teraman sekaligus jauh lebih mengasyikkan ketimbang bermain di halaman rumah bersama terik matahari yang membakar.
Perubahan ini wajar. Setiap orang ada masanya dan tiap masa ada orangnya. Bagaimana cara kita berteman dan bicara pasti berubah seiring waktu. Saat ini tempat ternyaman adalah nongkrong di warung sambil jajan bersama teman-temanku yang sekarang. Beranjak remaja kami tidak lagi bermain seperti dulu. Ke mana-mana pasti membawa gadget. Pada akhirnya kita harus menerima kenyataan bahwa perubahan itu pasti dan tidak bisa ditolak.
Genre:
Tema: