Nasihat Keras Sebelum Bapak Meninggal

Rany Permata Putri Nainggolan

Namaku Rany Permata Putri Nainggolan. Aku paling takut dengan ujian sekolah. Takutnya bukan ke sulit atau tidaknya soal yang harus aku kerjakan tapi takut dapat nilai kecil. Kalau dapat nilai kecil Aku pasti dimarahi Bapakku. Aku paling takut dengan ancaman Bapakku saat mau ujian. Dia selalu bilang, “Kalau nilaimu menurun, siap-siap kutinggal di rumah Opung, biar jaga kerbau Kau di sana,” ancamnya. Duuhhh…Aku paling takut dengan ancaman Bapakku yang bernama John Parasian Nainggolan ini.

Ayah Rany

Gara-gara sering dimarahi kalau dapat nilai kecil, Aku pensaran bagaimana kisah sekolah Ayahku dulu. Aku pun memberanikan diri bertanya pada Ayahku. “Pak, memang dulu Bapak sekolah kayak mana sih?” tanyaku. Bapakku diam dulu sambil melihat mataku. Lalu dia pun mulai cerita sambil menasihatiku.

“Kau harusnya senang dan rajin sekarang. Waktu Bapak sekolah SD dulu tidak bisa pulang sekolah ganti baju lalu makan. Biar Kau tahu makan saja tidak bisa kayak sekarang. Kau sekarang bisa makan mie, telur, sayur, suka-suka Kau lah. Dulu Aku makan ikan asin, kadang nasi sama garam. Mau makan sayur harus tunggu panen dulu dari kebun, pasar jauh. Selesai makan Aku ke sawah jaga kerbau sampai sore. Kalau makannya di sawah, bagi-bagi Aku dengan orang-orang. Satu piring dibagi 11 orang di sawah itu,” kisah Bapak lalu diam.

Aku tertegun mendengar jawaban Bapak. Ternyata dulu tidak seenak sekarang yang serba ada. Belum sempat Aku bertanya lagi, Bapak kembali cerita.

“Waktu Bapak SMP lebih parah lagi. Aku sekolah di Kabupaten Nainggolan, jauh dari rumah Opung. Tidak dibiayai Aku sekolah SMP, jadi di sana juga harus kerja. Kerja untuk bayar sekolah dan kos. Di situ pun kadang dimarahi Bapak dan Ibu kos karena telat bayar. Kadang Aku juga tidak sekolah, bolos satu, dua, tiga hari buat kerja biar bisa bayar macam-macam. Gaji kerja itu dikumpulin terus dibagi-bagi untuk bayar keperluan,” sambung Bapak.

Aku mendengar cerita Bapak dengan serius. Waktu sampai dia ke STM (Aku tidak tahu apa itu STM. Dia ceritanya begitu), kehidupan jauh lebih baik karena tinggal di Bengkulu tempat Amang Boru. Bapak masih sekolah sambil kerja. Semuanya dikerjakannya agar bisa menghasilkan uang. “Tapi uang halal. Sampai musim buah di kebun, Aku jual agar menghasilkan. Pernah waktu STM itu Bapak diusir sama Amangboru karena salah paham. Makanya bersyukurlah Kau sekarang, semua sudah Bapak kasih. Tak perlu Kau kerja dengan orang jadi suruh-suruhannya orang. Kalau Kau rajin besok Kau yang akan menyuruh orang, lebih sukses dari Bapak,”

Sudah selesai Bapak cerita sekaligus menasihati, Aku diam. Bapak juga diam saja. Aku merasa bersalah sudah menanyakan kisah Bapak waktu sekolah dulu. Tapi Bapak habis itu langsung bilang, “Didengar ya, jangan langsung masuk kuping kanan keluar kuping kiri,” tutupnya.

Sampai sekarang Aku masih ingat betul nasihat dan cerita ini meski Bapak sudah meninggal. Aku akan selalu ingat nasihat-nasihat ini.

Rany Permata Putri Nainggolan
SMP Tenera



Genre:

Tema: