Oca’s Love: Diary dan Botol Air Mata

Angeli Mastiur

Dok.Wikihow

Kisah ini berawal dari pertemuanku dengan Si Mentel di depan rumahku. Waktu itu aku masih kelas 3 SD. Kami berpapasan saat dia mau main karet dengan teman-temannya. Ternyata pertemuan kami tidak sampai di sana saja. Kami bertemu lagi di sekolah dan ternyata dia anak baru di kelas. Namanya Oca. Dia itu mentel dan suka mengatur. Kami tidak pernah akur.

Satu tahun berlalu kami satu kelas lagi. Sialnya Oca masuk kelas yang sama dan duduk satu bangku denganku. Setiap hari aku bertemu dengan Si Mentel itu, tapi lama-lama kami jadi akur. Ternyata dia tidak seburuk yang aku duga. Kami punya banyak kesamaan dari sifat, hobi, sampai impian. Di kelas 5 kami mulai akrab dan jadi sahabat yang tidak bisa dipisahkan. Waktu aku ulang tahun dia memberiku hadiah berupa diary.

Diary itu aku beri nama Oca’s Love. Aku sangat senang sekali karena teman sejatiku bertambah. Setiap malam aku isi diary itu dengan kegiatanku bersama Oca di sekolah.

Hy Oca Love. Hari ini aku senang sekali karena saat di sekolah aku dan Oca mencari belalang di lapangan. Aku sangat takut dengan belalang tetapi karena Oca aku jadi berani. Kami berguling-guling di lapangan demi menangkap belalang, tapi kami tidak dapat belalang

Hem, itulah tulisan pertamaku di Oca’s Love. Aku ingat sekali isi cerita di lembar pertamaku itu. Hari demi hari diaryku penuh dengan kisah-kisah kami saat di sekolah.

Sewaktu pembagian rapor aku sangat senang sekali karena mendapat juara tiga. Sedangkan Oca menangis karena tidak mendapatkan juara. Aku tidak tahu bagaimana cara mendiamkannya jadi aku kasih kado dari guru ke Oca. Akhirnya Oca berhenti menangis tapi aku jadi sedih karena hadiahku telah hilang. Hari berganti bulan lalu tahun kami lewati bersama-sama dengan banyak kisah lainnya. Tapi sejak masuk SMP nasib memisahkan kami, persahabatan kami hancur.

Hancurnya persahabatan kami dimulai dari seorang cowok. Aku menyukai cowok itu tapi dia lebih dekat dengan Oca. Lalu ada teman kelas yang mengadu domba kami, memanas-manasiku dengan Oca hingga kami salah paham lalu sering berkelahi. Oca’s Love yang sebelumnya berisi banyak kisah bahagia berubah menjadi cerita menyedihkan. Tiada hari tanpa keributan. Karena aku orangnya cengeng aku menaruh botol kecil di samping diary. Aku selalu menangis saat menulis diary. Air mata itu aku tampung dalam botol tanda kesetiaanku pada Oca.

Mungkin Oca sekarang sudah melupakanku dan kenangan-kenangan indah kami. Dia pasti sudah punya teman baru sementara aku hanya berteman diary. Setiap malam aku bercerita ke Oca’s Love. Tanganku menari-nari di atasnya.

Suatu hari aku dikirim ke Makmur untuk O2SN IPA. Saking senangnya aku lupa membawa Oca’s Love ke Makmur. Ada perasaan aneh mengisi malam tanpa Oca’s Love, seperti ada yang hilang dalam hidupku. Tiga hari di sana seperti satu bulan. Saat sampai rumah yang aku jumpai pertama bukan mama atau papaku melainkan Oca’s Love di kamar. Tapi satu-satunya temanku itu tidak ada di tempatnya. Aku cari ke tiap sudut kamar, menyerekkan buku, sampai akhirnya menyerah karena tidak ketemu juga lalu aku tanya ke mamaku.

Jawaban mama membuat hatiku hancur berkeping-keping. Adikku tidak sengaja membuangnya ke tumpukan sampah yang dibakar mama. Badanku menggigil karena tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku tidak bisa marah atau kecewa pada adikku karena dia masih sangat kecil, belum tahu apa-apa. Yang bisa aku lakukan hanya menuju ke kamar, mengunci pintu, lalu menangis sejadi-jadinya sambil menatap botol air mataku. Sekarang aku tidak punya siapa-siapa lagi, tidak ada lagi teman berceritaku.

Keesokan paginya mamaku membelikan diary baru tapi aku tidak menerimanya karena tidak ada yang lebih spesial dari Oca’s Love. Selamanya aku hanya setia pada Oca’s Love, bukan yang lainnya. Sekarang, aku hanya punya botol air mata untuk menemani kesedihanku.

*botol air mata dikuburkan penulis setelah mengirimkan tulisan

Anggeli Mastiur
SMA Tenera



Genre:

Tema: