Bermanja-Manjaan Dahulu, Parno Kemudian

Imas Nur Fatimah

Kenapa ya waktu terasa begitu sangat cepat berlalu? Rasanya baru kemarin aku menikah, eh ternyata sudah enam bulan saja. Apakah karena aku sangat menikmati hari–hari menyenangkan bersama Sang suami? Hmmm, yang pasti enggak ada lagi yang namanya kesepian hati karena sekarang aku punya bahu untuk bersandar, seseorang yang kadang menyebalkan namun menyenangkan. Asiikk.

Dok.Wikihow

Bahagia makin lengkap setelah Alhamdulillah kini diberi kepercayaan mengandung seorang bayi. Sekarang aku enggak boleh gegabah demi menjaga Sang buah hati agar tetap sehat dan kuat dalam kandungan. Aku merasa ada banyak perubahan yang aku rasakan di tengah kehamilan ini.

Seiring berjalannya waktu, sifat manjaku keluar dengan sendirinya. Ada hal di mana aku menjadikan itu kewajiban suamiku, yaitu memijat betis. Sepele sih, tapi membutuhkan waktu dan tenaga juga. Kadang aku berpikir “manja ini dosa atau enggak ya?” yang sejurus kemudian muncul bisikan, “tapi kan kamu pengen”, uhhh pernah merasa segalau itu untuk minta pijat ke suami. Untungnya suamiku sabar banget. Dia selalu menuruti permintaanku. Ini suami yang sabar atau memang dia yang sayang banget sama aku ya hahaha, semoga semua benar ya.

Di tengah pandemi sekarang ini aku juga pernah parno luar biasa. Sebelum musim Covid-19 ini aku termasuk orang yang sedikit cuek tentang kebersihan tangan. Setelah pegang apa-apa yang kelihatan bersih ya sudah enggak dilap apalagi cuci tangan. Tapi ada peristiwa yang membuatku jadi parno. Kejadian itu bikin aku bingung sendiri.

Waktu itu aku menerima surat untuk sekolah dari China. Siapa sih yang enggak langsung parno, secara itu virus berasal dari sana. Spontan saja surat itu aku lempar enggak jauh-jauh amat. Lama-lama aku meyakinkan diri dan percaya di surat itu enggak ada virus menempel, tapi sampai di sekolah langsung cuci tangan sebersih–bersihnya karena keparnoan yang masih melanda. Tetapi memang seharusnya begitu yang harus kita lakukan, menjaga kesehatan dan juga kebersihan diri serta lingkungan.

Lalu perubahan lainnya adalah aku menjadi gampang lapar. Setiap melihat makanan otomatis air liur ingin keluar dari sarangnya. Tapi ini rasa yang nikmat gaes, mau ini mau itu apa saja bisa aku makan sampai teman kerja dan suamiku sendiri geleng–geleng melihat mulutku mengunyah terus. Inilah nano nano aku diawal tahun 2020, banyak hal hingga rasa baru yang aku rasakan. Termasuk merasakan hakikat cinta yang sebenarnya.



Genre: Nonfiksi

Tema: Covid-19