Rasa Benciku pada Ayah Lebih Besar dari Cinta

Afrina Lince

Dok https://i.pinimg.com/originals/f5/1a/ce/f51ace56927b5d191d217e03b96ef935.jpg

Penyebab patah hati pertamaku adalah keluarga. Keluarga yang terlihat harmonis, asik, dan rukun di mata orang yang melihatnya. Sangat sulit merasa nyaman bersama keluarga sendiri. Harus terlihat harmonis ketika bertemu orang. Wajib menjaga nama baik apapun alasannya.

Pada dasarnya orang tua dan anak tidak selalu sependapat. Orang tua kadang membentuk anak menjadi versi masa kecil dari mereka. Mungkin juga menjadi versi yang tidak mampu mereka gapai saat kecil dulu. Perbedaan atau lebih tepatnya pemaksaan itu yang membuat anak sering merasa benci pada orang tua.

Ya, “ayah” tidak hanya mematahkan hatiku. Dia juga menghancurkannya. Ayah yang pernah aku yakini sebagai satu-satunya laki-laki yang tidak akan pernah menyakitiku. Tubuhku adalah sasak dari kerasnya tangan ayah. Hatiku adalah sasaran perkataannya. Lama-lama aku terbiasa menerima itu. Kadang rasa benciku kepada ayah lebih besar dibanding rasa cintaku.

Aku tahu kalau perlakuan ayah tidak lepas dari kesalahanku sendiri. Namun menurutku tidak seharusnya aku pantas menerima tangan dan kata-kata yang menyakitkan itu. Meski disatukan dalam hubungan darah, tidak menutup kemungkinan seorang ayah dibenci anaknya. Aku percaya tidak ada orang tua yang sempurna tetapi seharusnya mereka memperlakukan anaknya dengan sebaik mungkin.



Genre: Nonfiksi

Tema: Keluarga