Kupikir Orang Itu Penculik, Jadi Kuhantam Saja

Berni Lius

Anak kecil
Dok.Lensa Terkini

Aku senang menghayal. Bangun tidur aku langsung menghayal. Pagi-pagi di ruang kelas sekolah aku menghayal. Di luar kelas saat menunggu guru atau istirahat aku juga suka menghayal sendiri. Ketika jam pelajaran juga, aku suka menghayal sendiri karena menurutku lebih baik daripada punya teman.

Pagi itu aku sedang enak-enak menghayal di kelas. Eh, tiba-tiba ada beberapa teman di kelas yang menggangguku. Aku terganggu lalu pergi meninggalkan kelas ke hutan di dekat sekolah. Waktu aku mau duduk di bawah pohon, aku melihat ada orang membawa senjata tajam yang duduk di bawah pohon lainnya. Dia pakai topi bundar, berkaus putih tanpa lengan, dan bersepatu selop tinggi.

Setelah memerhatikannya, kupikir orang itu penculik. Aku jadi takut dan langsung berlari sekencangnya ke kelas. Selama pelajaran orang yang membawa senjata tajam itu terbayang di kepalaku. Aku ingin cepat pulang ke rumah. Ketika bel berbunyi aku langsung memasukkan barang-barang ke dalam tas lalu pulang tanpa pamitan dengan guru.

Di perjalanan pulang aku melihat orang yang sama dengan di hutan tadi. Tapi dia tidak lagi membawa senjata tajam di pinggangnya. Jadinya aku langsung menerjangnya lalu kuhantam dia sampai jatuh ke tanah. Lalu orang itu kabur sambil teriak-teriak.

“Anak gila, anak gila,” teriak orang itu.

Aku pikir dia lari mau membawa senjata tajam lalu membalas dendam padaku. Aku pun langsung lari meninggalkan tempat itu ke rumah, takut kalau orang itu membawa senjata tajam. Sampai di rumah aku langsung ganti baju lalu pergi main ke luar rumah. Aku bermain pasir di taman dekat rumah sendirian. Aku membuat istana pasir yang bagus sekali. Saat sedang asyik, ada orang yang mengajakku bermain. Dia anak sekelasku. Aku tidak menghiraukannya. Dia sepertinya marah karena kucueki, soalnya habis itu dia menendang-nendang batu bata di sekitar pasir.

Halaman rumahku sudah ramai dengan anak-anak yang bermain. Mereka ramai sekali sampai aku iri melihatnya padahal sebelumnya tidak pernah merasa iri begini. Akhirnya aku menadatangi mereka dan minta ikut bermain. Eh mereka mau dan jadilah kami bermain bersama sampai mau magrib. Terus tiba-tiba ada orang yang memanggil salah satu dari teman baruku dan menyuruhnya untuk pulang. Aku lihat ternyata dia orang yang kuhantam tadi. Ternyata dia orang tua salah satu teman baruku. Aku pun langsung lari ke dalam rumah lalu mengintip dengan perasaan bersalah.

Berni Lius, Kelas IV SD



Genre:

Tema: