Wahyu Gianto
Aku punya kebiasaan membolang bersama temanku, Muis, setelah pulang kerja. Mengisi waktu luang, kami membolang mencari pasangan nasi di dapur. Kadang mencari ikan di sungai atau sayuran seperti Pakis, Genjer, dan Jamur Jakos di kebun atau pinggiran sungai-sungai kecil yang berada di PT Agricinal.
Beberapa minggu lalu aku dan Muis mencari jamur. Sebenarnya ada dua pilihan saat itu: mencari ikan di pinggiran Sungai Senabah atau mencari jamur. Kami memilih mencari jamur saja karena sedang melimpah dan jarang dicari orang. Tempat kami mencari jamur jauh dari pemukiman.
Sambil bercanda kami asyik mencari jamur di sela-sela Jakos yang mulai mengering dan akan membusuk menjadi pupuk pohon sawit. Kurang lebih 30 menit mencari, kantung plastik berukuran besar yang kami bawa terasa berat karena hampir pernuh. Kami pun belum puas sebelum kantung itu benar-benar penuh.
Di tengah pencarian, Muis teriak “WOOOOOOOOIIIIIIIIII” sambil lari. Aku pun ikut lari karena melihat Jamur Jakos mengkilat tetapi tinggi.
Muis lari menuju jalan lalu duduk dan memenceti telapak kakinya yang berdarah. Sedangkan aku yang lai berlawanan arah dengannya berbalik menghampiri Muis.
“Digigit Bro?” tanyaku sambil gemetaran.
“Enggak kok, cuma kena duri Jakos saja ini,” jawabnya sambil terus mengurut kakinya sambil memastikan tidak ada duri yang tertinggal.
Aku lega mendengar jawabannya. Namun setelah kejadian itu kami tidak kapok mencari jamur. Kami melanjutkan mencari jamur dengan jantung berdetak cepat. Ular Kobra sebesar jempol kaki orang dewasa memang sekilas tampak seperti jamur yang kami cari. Dari warna dan ukuranya sama persis, hanya tingginya saja yang beda. Walau hanya sejempol kaki, bertemu dengan makhluk itu apalagi dengan jarak yang cukup dekat bisa bikin senam jantung.
Wahyu Gianto
Guru Sekolah Tenera Bengkulu Utara
Genre:
Tema: