Ruth Yolanda Putri Sinaga
Ada banyak alasan kenapa saya mencintai dan bangga menjadi anak Bengkulu. Di provinsi berjuluk Bumi Raflesia ini banyak wisata, cagar alam, dan budaya lokal yang membanggakan lalu mempesonakan Indonesia.
Bengkulu punya banyak tempat wisata. Coba main ke Pantai Panjang. Menikmati deburan ombak yang menyapu bebatuan sambil menyeruput es kelapa muda di pasir putihnya sangat menyegarkan dan menenangkan hati. Soal pantai, enggak cuma Pantai Panjang yang ada di Bengkulu, ada juga Pantai Zakat dan Tapak Paderi.
Ada Benteng Marlborough, bangunan peninggalan penjajah. Di benteng ini kita bisa melihat peninggalan sejarah masa lampau yang mengingatkan perjuangan rakyat Bengkulu mengusir kompeni. Melihat peninggalan ini bisa memotivasi kita untuk lebih mencintai Bengkulu.
Ciri khas Bengkulu tidak cuma tempat wisata-nya saja. Di tempat ini ada juga motif batik bernama Kain Besurek yang dilukis di kain khas. Batik Bersurek, begitu orang menamainya, bermotif aksara kaligrafi. Keindahan motifnya enggak kalah sama provinsi Jawa dan daerah lainnya.
Ada satu upacara adat di Bengkulu yang sudah terkenal di dunia. Namanya Tabot, digelar setiap tanggal 10 Muharam. Tabut adalah sebuah peti yang terbuat dari anyaman bambu yang diberi kertas berwarna, kemudian dibawa konvoi setiap tanggal 10 Muharam. Dalam perkembangannya, tidak cuma peti yang dihias, tapi juga tempat dan jalan-jalan yang dilewati diberi lampu kelap-kelip. Bengkulu malam hari jadi penuh warna, keren sekali pokoknya.
Oh iya, hampir lupa, kalau Bengkulu punya alat musik tradisional bernama Dol. Alat musik itu menyerupai gendang. Dol dimainkan dengan cara dipukul. Makin nyaring tabuhannya, enggak tahu kenapa tubuh kita jadi ingin menari. Tarinya Andun. Melihat lenggak-lenggok penari Andun sangat enak. Keren Bengkulu ini.
Yang paling dikenal sama banyak orang tentu saja Bunga Raflesia. Bunga ini termasuk tanaman langka yang dilindungi karena jumlahnya sudah mulai berkurang. Bunga Raflesia sangat bagus, warnanya merah merona. Enggak kalah merona dari cinta. Ada juga bunga bangkau yang dilindungi. Kalau mekar, wah tingginya bisa sampai bermeter-meter.
Di Bengkulu juga banyak pendatang. Ada orang Padang, Jawa, Bali, Sunda dan banyak lagi. Mereka akur sekali dan bangga dengan persatuan yang terus dijaga turun temurun. Para pendatang dan warga asli Bengkulu juga sering melebur dalam nilai-nilai tradisional yang dijunjung tinggi.
Sebagai rakyat Bengkulu, punya banyak keasyikan seperti itu bagaimana tidak bangga coba?. Saya enggak bisa membayangkan kalau nilai tradisional, alam, peninggalan sejarah, dan kebudayaannya digusur. Bayangkan kalau Pantai Panjang, Tapak Paderi, Pantai Zakat dirusak gedung pencakar langit megah. Bayangkan kalau Kain Besurek tidak lagi dipakai banyak orang karena dianggap kuno. Saya enggak mau pohon-pohon di Bengkulu ditebangi lalu berganti pabrik. Kalau hutan di Bengkulu tidak ada lagi, di mana Bunga Raflesia tinggal?
Sebagai pelajar, kita harus melestarikan dan mengembangkan semua nilai tradisional yang ada di Bengkulu. Menjaga alam dan peninggalan sejarah, terus mempopulerkan Kain Besurek, Tari Andun-Dol, dan upacara adat yang lainnya. Biarkan Bengkulu yang indah terus menari lalu memancarkan pesonanya ke dunia.
Ruth Nadeak
Pelajar di Bengkulu Utara
Genre:
Tema: