Ulah Sang Pawang Hujan

Dwi Ardiyanti

Dok.Wikihow

Tabot merupakan tradisi masyarakat Bengkulu. Biasanya perayaan Tabot berlangsung selama sepuluh hari, sejak 1 Muharam. Sebelum itu warga dan Pemerintah Daerah (Pemda) Bengkulu bersama masyarakat sudah mempersiapkan segala sesuatunya.

Seperti pembuatan tabot, telong-telong, mempersiapkan tempat pameran, panggung acara, stand pameran dan lain sebagainya. Biasanya pengunjung akan sangat ramai karena selain melihat perayaan mereka selalu mengunjungi stand pemeran berisi kekhasan wilayah Provinsi Bengkulu.

Agar berjalan dengan lancar dan tanpa kendala, Pemda Bengkulu selalu mempersiapkan banyak hal, dari keamanan dan ketertiban bahkan berupaya mengendalikan cuaca.

Biasanya pemerintah bekerja sama dengan orang-orang ‘pintar’. Orang-orang pintar dalam hal ini merujuk pada pengendali cuaca atau pawang hujan agar akses menuju acara tetap kering.

Nah, biasanya si pawang akan melakukan ritual penolakan hujan beberapa hari sebelum pagelaran tabot dimulai. Menurut cerita orang tua atau sesepuh, pawang hujan akan mengendalikan cuaca dengan mengirimkan hujan ke luar kota Bengkulu.

Tahun ini sang pawang cuaca sukses menyingkirkan hujan. Cuara cerah. Jalanan kering sehingga pengunjung bersemangat menyaksikan perayaan dan mengunjungi setiap stand pameran. Menurut pendapatku tahun ini sepertinya hujan dikirim ke arah selatan, makanya di sana selalu turun hujan.

Beberapa daerah di bagian Selatan Bengkulu masih turun hujan, bahkan ada daerah-daerah yang banjir. Ternyata tabot kali ini memberikan dampak pada daerah tempat tinggalku, yaitu Bengkulu Utara tepatnya di Kecamatan Putri Hijau, desa Pasar Sebelat di perkebunan sawit PT. Agricinal.

Sudah hampir kurang lebih tiga minggu di daerahku ini tidak kunjung turun hujan. Cuaca selalu cerah dan terik setiap hari. Rumput sudah mulai menguning, tanaman layu. Tidak hanya itu saja, jalanan berbatu penuhi debu. Apalagi saat berkendara di siang hari debu yang berterbangan saat bepapasan dengan kendaraan lain sangat pekat dan tebal.

Kemarau terakhir masih sangat membekas akhir tahun lalu, di mana sumur-sumur kering dan susah mencari persediaan air. Harapannya hujan akan segera turun, rumput kembali menghijau, tanaman tak lagi layu, dan jalanan tak banyak debu. Semoga hujan kembali datang dan sumur tak sempat kering.



Genre: Nonfiksi

Tema: Sosial