Melepas Tukik yang Terancam ke Laut Lepas

Bekti Satiani

Dok.Bengkulutoday.com

Aku dan temanku yang mengajar di Sekolah Tenera memanfaatkan liburan kemarin ke Samsat Kota Bengkulu untuk membayar pajak motor. Selain itu kami juga sudah janjian untuk pergi ke toko buku bersama karena temanku itu mau beli buku bahan ajar kesenian di SMP tenera sedangkan aku mau memburu pernak-pernik dan kertas-kertas untuk menghias perpustakaan Tenera.

Kami sangat senang ketika mendapati koleksi buku di ruang tunggu Samsat Kota Bengkulu. Di Pojok Baca ruang tunggu terdapat majalah, buku dongeng, koran, novel, dan jenis bacaan lainnya. Daripada bosan menunggu aku nongkrong di sana lalu mulai memilih buku apa yang akan dibaca. Aku menjatuhkan pilihan ke buku berjudul “Lebah Madu” lalu majalah fashion. Ketika sedang asyik baca aku dikejutkan anak kecil yang minta dipilihkan bacaan yang cocok untuknya. Aku jengkel dengan orang tuanya karena meninggalkan anak itu sendirian di ruang tunggu.

Tidak hanya minta dipilihkan bacaan, anak kecil itu juga merengek minta minum padaku. Dia sepertinya sangat kehausan waktu itu sedangkan di sana tidak ada kios makanan dan minuman. Akhirnya saya ajak anak itu melihat-lihat resep makanan dalam majalah lalu mengajaknya main tebak-tebakan makanan apa yang ada dalam majalah itu. Ternyata dia suka dengan gambar kue dan minuman dalam majalah sampai lupa dengan rasa hausnya.

Setelah anak itu pergi dengan ayahnya, beberapa anak kecil lain juga mendekatiku. Mereka minta aku membacakan salah satu buku di pojok baca itu. Tidak tega menolak mereka akhirnya aku pilih buku tentang lebah muda yang sibuk mencari nektar. Gambar dalam buku cerita itu sangat menarik sehingga anak-anak kecil itu sangat terhibur.

Selesai membayar pajak kami bergegas menuju Gramedia. Sampai di sana kami sibuk sendiri-sendiri mencari kebutuhan yang diperlukan. Aku menyempatkan diri melihat rak kumpulan novel lalu membaca sinopsisnya. Aku tertarik dengan novel “Mariposa” yang covernya bergambar perempuan bersayap kupu-kupu. Cover novel yang ditulis Luluk HF itu sangat menarik. Tapi aku tidak bisa membeli novel-novel itu karena harganya sangat mahal jadilah cuma bisa baca sinopsisnya saja. Kami cukup lama berada di Gramedia, sampai semua barang yang di daftar terbeli baru kami keluar.

Kami tidak langsung pulang ke Putri Hijau selepas belanja. Kami mau sisir pantai sekaligus cuci mata dan menghirup udara segar. Tujuan pertama ke Pantai Sumur Meleleh dulu yang terletak di dekat Benteng Malborough, Tapak Padri. Tempatnya sangat strategis karena juga tidak jauh dari Taman Berkas Pantai Panjang. Sumur Meleleh itu pantai berpasir dan berkarang yang bisa pasang dan surut sewaktu-waktu. Air laut akan surut tiga kali di waktu malam, sore, dan siang hari.

Dari Sumur Meleleh sisir pantai berlanjut ke Pantai Zakat. Di sana aku mengunjungi penangkaran Penyu Hijau dan Penyu Sisik yang dijaga organisasi dan basecamp Lalung. Organisasi itu mayoritas beranggotakan anak-anak kelautan Universitas Negeri Bengkulu dan masyarakat sekitar pantai penyayang ekosistem laut.

Kehidupan penyu ternyata semakin terancam. Banyak manusia kejam yang membunuh penyu lalu mengambil telurnya. Daging dan telur penyu banyak diambil untuk makanan dan bahan kosmetik. Cangkangnya juga sering digunakan sebagai bahan kerajinan. Sangat kejam pokoknya padahal jumlah Penyu di laut Indonesia, terutama Bengkulu, makin sedikit.

Penyu bertelur saat bulan purnama di pantai-pantai yang sepi dari para pemangsa seperti kadal, biawak, dan manusia. Anak penyu dinamakan Tukik, yang ketika baru melihat dunia rentan dimakan ikan-ikan besar di lautan lepas. Tukik yang boleh dilepaskan ke lautan lepas harus sebesar telapak tangan manusia dewasa di mana tempurungnya sudah terlihat mengkilat dan tidak terlalu lembut.

Saat itu saya dikasih kesempatan memilih tukik dari penangkaran untuk dilepas ke lautan lepas. Saya mengambil dua ekor dengan hati-hati karena saat dilepas mereka tidak boleh stress. Telapak tanganku terasa geli karena kaki dan tangan tukik selalu bergerak dengan lincah.

Senang sekali rasanya aku bisa melepas langsung tukik penyu hijau ke laut lepas lalu melihat mereka mengikuti arus gelombang. Semoga penyu-penyu bisa berkembang biak dengan baik di pantai-pantai Bengkulu. Semoga ekosistem pantai-pantai di Kota Bengkulu tidak rusak agar para penyu bisa bertelur dan senang tinggal di sana.

Bekti Satiani
Pustakawati Tenera



Genre:

Tema: