Karma dari Kengeyelan Masa Kecil

Dhika Lily Suryani

Kids
Dok.Deccanchronicle

Menurutku ngeyel itu adalah kenikmatan masa kecil. Seberapa kerasnya pendirian orang tua, akan luluh lalu menuruti maunya anak. Memang enak jadi anak kecil, namun kengeyelan itu bakal dibayar mahal saat dewasa, nyicil pula.

Bukan bapak atau mamak saja yang pernah menceritakan ulang kengeyelan mas kecil padaku. Tetanggaku juga pernah. Bahkan rasanya dia begitu bahagia saat menceritakannya. Berulang kali bertemu, cerita itu selalu hadir. Walau bukan pengingat yang baik, aku masih ingat kengeyelan sama kecil. Sampai sekarang juga sih. Kalau sekarang bukan ngeyel namanya, agak halus dikit, punya kemauan yang kuat. Begitu!

Aku perempuan, namun perilakuku seperti laki-laki. Begitu gambarannya. Duh ngeri ya. Teman sepermainanku banyak laki-laki. Entah kenapa aku lebih nyaman main jauh-jauh dari rumah. Sebelum main harus pamitan sama mamak dan bapak. Laporan pertama sama mamak. Mulus seperti jalan tol dengan syarat pamit sama bapak juga ya.

Oke…..

Pamit sama bapak itu ribet, ditanya sampai akar-akarnya. Rumah sudah seperti asrama calon angkatan saja. Bapak tipe orang tua yang mendidik anaknya dengan sangat keras. Senjatanya bisa apa saja. Kayu disulap jadi senjata. Tali juga bisa.. Hebat seperti kesatria. Tak ada rotan akarpun jadi haha. Seringkali aku mengingkari janji sehingga membuat bapak marah. Aku sadar bapak begitu karena ingin aku menjadi anak yang bertanggungjawab dan jujur.

Karena aku anak pertama yang belum punya saingan di rumah, kemauanku harus dituruti. Apapun itu. Aku ingat sekali minta jajan tapi tidak dituruti. Aku menangis dengan kencang diiringi musik dari hentakan kakiku ke dinding rumah. Posisi nangisku tiduran menghadap dinding dengan kaki di atas. Kebayang enggak? hahaha.

Hari itu sebenarnya aku sudah banyak jajan, wajar bila bapak tidak mau menuruti permintaanku. Waktu itu aku terus merengek lalu bapak menali aku di bawah parabola. Aku rem suara tangisku. Eh dilepas dan tentu saja diberi jajan yang aku inginkan.

Saat ini aku punya anak laki-laki yang sifatnya hampir sama denganku. Begitu keras kemauannya. Ini mungkin aku sedang nyicil membayar kengeyelanku saat kecil dulu. Kadang lelah. Tapi aku menikmati buah ngeyel yang tertanam di diri anakku.

Dhika Lily Suryani
Guru PAUD Tenera



Genre:

Tema: