Saya Habiskan Separuh Hidup untuk Berlari

Pletikosa

Dok.Wikihow

Nama saya Pletikosa Andreas. Saya duduk di kelas 9 dan baru September kemarin naik usia 15 tahun. Saya anak ke-2 dari tiga bersaudara. Di antara kami bertiga, saya adalah anak pendiam saat kumpul keluarga. Itu adalah opini yang saya dengar dari pakdhe tapi begitulah, namanya juga introvert hehehe.

Saya dibesarkan di tengah keluarga yang bahagia. Orangtua berkecukupan dan harmonis. Bapak saya hatinya selembut Yupi (permen kenyal) dan sesabar malaikat. Pujaan hati bapak, si mamak asyik orangnya karena sering mengomel. Punya mamak yang super ngomel itu asyik, lebih enak dari mendengarkan playlist di Spotify yang nggak putus.

Kakak saya suka menyuruh-nyuruh kami. Wajar lah ya karena dia perempuan satu-satunya dari kami bertiga. Namun, kakak saya itu penyayang banget. Dia yang bikinin mie kuah lalu merawat saya ketika demam tinggi. Meski sekarang dia sudah berkeluarga, perhatian ke adik-adiknya masih besar. Nah, saya itu punya adik yang tidak suka diam. Dia baru diam ketika sakit tetapi pas sembuh kumat lagi.

Banyak hal yang membuat saya bahagia di dunia ini. Keluarga ada di urutan teratas. Kemudian saya sangat senang jogging, bisa dibilang separuh hidup saya habiskan untuk berlari. Kalau satu minggu saja nggak jogging seperti ada yang hilang dalam hidup ini.

Waktu itu saya pernah mengikuti lomba lari marathon tingkat Kabupaten. Sayang saya gagal membawa pulang piala. Itulah yang memotivasi saya agar terus latihan lari sehingga jogging menjadi rutinitas setiap hari. Kalau sedang sedih dan resah saya tumpahkan perasaan dengan jogging.

Begitu juga ketika saya sedang resah karena seseorang yang sangat beautiful. Saya tidak mau menceritakannya karena akan panjang dan sulit. Saya lebih baik jogging saja atau main game ketika bayangan wajahnya datang. Sekian cerita saya, terima kasih.



Genre: Nonfiksi

Tema: Keluarga