Laila Majnun, Dilan, dan Nasib Percintaan yang Ganjil

Bekti Satiani

Dok Wikihow

Cuma perlu satu buku untuk jatuh cinta pada membaca, cari buku itu, mari jatuh cinta. Demikian quotes yang lumayan populer dari Najwa Shihab, duta baca Indonesia. Menurutku itu betul, menemukan satu buku yang tepat untuk dibaca sekaligus cocok, mengasyikan, dan yang sesuai kebutuhan itu candu.

Saat kuliah aku membaca “Laila Majnun” dan “Sam Pek Eng Tay”. Percintaan kedua tokoh yang penuh lika-liku itu berakhir dengan kegilaan. Dua novel itu membuatku semakin gila baca. Setelah dua novel itu aku tergila-gila pada novel Bernard Batubara berjudul “Surat Untuk Ruth”. Membaca novel itu membuatku tidak bisa beranjak dari kisah-kisah percintaan kembali.

Yang menarik dalam novel Bernard adalah kedekatan emosional dengan pembaca. Ia menyisipkan puluhan daftar hal yang harus dilakukan menjelang hari pernikahan dan sekian hal lain yang harus disyukuri ketika seseorang tidak menjadi atau bukan milik kita. Menurutku suatu hari nanti akan berguna dalam kehidupanku hehehe.

Aku juga menyukai kisah-kisah percintaan dari novel “Dilan 1990”, “Dilan 1991”, “Milea”, dan “Ancika” karya Pidi Baiq. Deretan novel itu menggambarkan betapa nasib baik tak selalu berpihak pada mereka yang saling menyayangi sepenuh hati. Namun, pada akhirnya cara terbaik menerima kekalahan adalah dengan memaafkan masa lalu kemudian menata dan melanjutkan hidup tanpa penyesalan.

Aku suka membaca novel bertema percintaan seperti yang disebutkan di atas. Deretan novel itu memberi banyak wawasan baru dan kesenangan tersendiri untukku. Di sanalah aku merasa kaya, seperti memiliki semua waktu di dunia untuk belajar memaknai cinta.

Novel-novel itu mampu mengembalikan banyak fragmen masa silam. Novel-novel itu mampu menangkap kelebat ingatan masa remaja lalu menyatukannya menjadi gambar yang jelas meski tidak benar-benar presisi. Untuk seri Dilan kita punya novelnya di Perpustakaan Tenera. Salam literasi dan selamat membaca.



Genre: Nonfiksi

Tema: Buku