Generasi Z di Kebun Kami

Juni Anita Purba

Dok.Wikihow

Anak- anak zaman sekarang sepertinya tidak bisa lepas dari gawai. Linimasa media sosial penuh informasi, dari aktivitas, opini, sampai gambar-gambar estetik kreativitas mereka. Dan begitulah Generasi Z. Generasi yang membawa sifat dan karakteristik yang jauh berbeda dibanding millenial, boomers, X, dan Y.

Gen Z adaptif terhadap perubahan teknologi tetapikerap dipandang sebelah mata. Mereka dianggap tidak mau susah, terlalu bergantung pada teknologi serta kurang terampil bersosial, Generasi Z acapkali dituduh lemah.

Menurut saya, sebagai guru di SMA Tenera, sebagian besar gen Z itu ekspresif. Namun, ke-ekspresifan itu dianggap konotatif, dengan kata lain dikira manja. Padahal sebaliknya, menurut saya justru gen Z ini merupakan generasi yang berjuang melawan laju sosial dan budaya. Saya kurang setuju dengan tuduhan gen Z dimudahkan dengan teknologi padahal sebaliknya, hidup mereka jauh lebih sulit karena dituntut menjadi lebih kreatif.

Mereka multi tasking. mampu mengaplikasikan semua kegiatan dalam satu waktu seperti nge-tweet menggunakan ponsel, browsing dengan PC, sambil menikmati musik. Mereka cepat dan andal membuat brosur dan poster kegiatan OSIS.

Gen Z di Tenera juga mampu mengerjakan beberapa tugas dalam 1 waktu, kreativitas tinggi, berpikir kritis, rasa ingin tahu tinggi, belajar sambil bermain, karena mereka mudah bosan, jadi gaya belajar mereka lebih bervariasi sehingga dengan begitu mereka pun peduli dengan kesejahteraan sosial dan fleksibel dan lebih bersifat toleran karena bersifat global.

Dalam mengajar juga saya melihat bahwa Gen Z ini sangat interaktif dan kolaboratif. Mereka lebih suka menggunakan metode diskusi, proyek kolaborasi, dan aktivitas kelompok, lalu fleksibilitas dalam belajar. Di luar hubungan sosial dan teknologi, saya melihat generasi Z lebih cenderung soft saving daripada menabung untuk masa depan.

Mereka lebih suka mengeluarkan uang untuk hal-hal yang sifatnya sementara. Mereka lebih cenderung boros, lebih suka jajan, menghabiskan uang untuk bisa nokrong, berbelanja di warung beli makanan seperti tekwan, pempek, boba dan lainnya, pokoknya yang bisa langsung dikonsumsi. Begitu juga dengan generasi Alpha, Mereka juga lebih suka beli mainan. Bagi mereka ini healing.



Genre: Nonfiksi

Tema: Sosiologi