Beda Isi Kepala Anak TK dan Orang Tua

Tri Marcelina Tarigan

Arale (Dok.Youtube)

Charen datang ke sekolah PAUD Tenera dengan wajah riang. Menggendong tas Princes-nya dan tas bekal di tangannya, Charen terlihat kewalahan berjalan. Lucu sekali. Dia jalan menuju pagar sambil bernyanyi kecil, entah lagu apa. Dibukanya engsel pintu pagar lalu menyapaku.

“Selamat Pagi,Bu!” sapanya yang kujawab tak kalah hangat.

Charen meraih tanganku lalu diciumnya. Dia bergegas masuk kelas lalu menggantung tasnya di gantungan tas. “Selesai,” katanya lega. Dia ke luar kelas terus duduk di pinggir teras untuk merapikan kaos kakinya. Tak lama Charen berjalan menuju halaman, mengambil sapu lidi yang terletak di pojok pohon jambu. Pohon paling besar yang ada di halaman kelas kami.

Tadi malam hujan begitu deras beserta angin datang. Mereka bikin daun dan bunga-bunga berguguran di sekitar halaman. Charen langsung menyapu halaman. Dia menyapu sambil bersenandung. Aku yang saat itu sedang menyapu teras heran dibuatnya. Setelah teras sudah bersih aku mengambil sekop sampah untuk membantu Charen.

“Charen, sini biar Ibu aja yang menyapu. Charen bantu pungut sampahnya saja ya,”

Dia berhenti menyapu terus memandangku heran. Wajahnya yang ceria seketika berubah.

“Aku bisa nyapu lho, Bu!!”

Aku kaget mendengar perkataannya itu. Sedikitpun tak terpikir olehku untuk tidak percaya padanya kalau dia bisa menyapu. Kenapa dia bisa berpikir sampai seperti itu tanyaku dalam hati.

“Kok Charen ngomong gitu?” tanyaku balik.

Dia lalu duduk di pinggir teras dengan wajah sedih. “Kemarin Ibu bilang kalau kami harus belajar beres-beres, bisa bantu pekerjaan Mama di rumah, tapi tadi pagi Mama marahin aku saat bantu masak. Mau cuci piring juga enggak boleh. Mau cuci bajuku juga dimarahin,”

“Katanya aku masih kecil, belum bisa kerja. Padahal aku bisa lho, Bu. Sekarang Ibu juga enggak bolehin aku nyapu,” lanjutnya.

Cerianya hilang. Ceritanya menggambarkan perasaannya. Gadis kecil yang masih duduk di TK itu sedang belajar dan ingin mendapat kesempatan mandiri. Charen ingin kepercayaan untuk membantu orang-orang yang dicintainya. Aku pun meminta maaf padanya lalu memberikan kembali sapu lidi itu ke Charen. Dia pun kembali menyapu halaman kelas. Wajahnya kembali ceria.

Saat Mamanya menjemput, Charen masih tertidur di kelas. Aku menyampaikan apa yang terjadi pagi tadi. Mamanya mengakui melarang Charen membantunya di rumah karena berbahaya. Saat Charen mencuci piring, satu piring pecah dalam genggamannya. Ketika Mama mencuci baju, Charen boleh membantu namun pada akhirnya dia asyik bermain busa sabun detergen.

Begitupun saat memasak, Charen mencoba memotong bawang dengan pisau yang membuat Mamanya ngeri. Takut tangan Charen terkena pisau. Pantas saja Charen dimarahi terus saat membantu Mamanya he he he..

Walau begitu, Charen adalah anak hebat. Bila zaman sekarang anak-anak disibukkan dengan ponsel, Charen ingin disibukkan dengan pekerjaan rumah. Barangkali selain kasih sayang, anak-anak juga butuh kepercayaan dan penghargaan kalau dia bisa.

Tri Marcelina Tarigan
Guru Paud



Genre:

Tema: