Sambal Membuatmu Lupa Perkara Politik

Rita Melda

Dok.Wikihow

Apa yang membuatmu merasa kurang bahagia belakangan ini? Hujan yang tak kunjung datang? Tiktok shop yang dipermasalahkan Kementrian Perdagangan? Atau harga beras dan cabai yang melambung tinggi?

Mungkin hal terbaik yang bisa kamu lakukan saat ini adalah pergi ke dapur. Ambil cobek, sisihkan tomat, sanggar merah, bawang putih, gula, garam, dan tentu saja terasi. Kamu suka sambal mentah atau matang? Kalau mentah langsung saja diulek. Kalau suka matang, lebih enak cabai, tomat ,dan bawang digoreng terlebih dahulu sampai layu. Lebih jos lagi digoreng menggunakan minyak jelantah.

Tentu saja kehadiran terasi dalam sambal menjadikannya lebih aromatik. Bakar terasimu sampai aromanya memenuhi udara. Panggil semua penghuni rumah untuk ikut merayakan kebahagiaan dalam sepiring nasi. Sambal membuatmu lupa perihal politik dan segala urusan pelik lainnya.

Teringat pertama kali diajari emak masak saat lulus SMA. Awalnya merasa aneh melihat bongkahan kecokelatan yang berbau tajam itu bisa membuat seisi rumah makan dengan lahapnya.

Tidak ada yang mengalahkan ritme tangan emak saat memasak. Tempe, tahu, dan ikan asin digoreng. Sedetik kemudian rombongan cabe dituang dalam minyak panas. Di tengah momen itu emak memotong terasi secepat kilat kemudian dibakar di bawah wajan penggorengan diikuti gerakan kecil mengambil ulekan. Sekian menit kemudian menuang seluruh cabai untuk digiling bersama terasi yang sudah dibakar tadi.

Kamu harus menggunakan semua indramu saat memasak. Telinga untuk mendengarkan cabe digoreng, hidung untuk mencium tingkat kematangannya, dan mata melihat hasil sambalmu, kalau warnanya cokelat berarti terasinya terlalu kebanyakan rasanya bisa jadi pahit, warnanya harus seimbang. Perpaduan antara merah dan cokelat.

Kalau kamu sudah bisa meracik sambal terasi yang enak berarti sudah-bisa dikatakan pintar memasak. Begitu ujar emak. Tak perlu khawatir lagi anak-anak nanti bakal makan apa.

Sambil memasak emak terus berbicara. Sambal terasi itu, kata emak, ibarat menu utama sedangkan yang lain pelengkap. Kita bisa tambahkan ayam goreng, tahu atau tempe, bisa juga dimasak dengan sayur berkuah seperti sup atau bening bayam. Sambal terasi bisa dinikmati dengan apa saja, bahkan ditemani telur ceplok saja sudah sangat nikmat.

Kala itu tentu saya hanya bisa mengangguk kemudian mengingatnya. Belasan tahun kemudian, kemampuanku meracik sambal terasi cukup mumpuni. Tak lagi perlu alat ukur untuk memasukan gula, garam dan penyedap. Cukup pakai perasaan sudah pasti enak.

Seperti sore kala itu. Sembari menunggu suami yang sedang bertugas di kota Bengkulu, saya meracik sambal terasi dengan pelengkapnya: telur dadar, terung ungu, ikan asin, dan jengkol goreng. Tak lupa menambahkan rebusan daun singkong. Untuk membuat tampilan terasi lebih estetik, saya membiarkan sambal tetap disajikan di dalam cobek dikepung lauk pauk di sekelilingnya.

Kami makan sambil mengobrol tentang perjalanannya yang melelahkan. Dia cerita mobil kami ditilang elektronik dan harus membayar denda sebesar Rp250 ribu. Namun, peristiwa itu tidak merusak selera makan kami. Sore itu kami masih tersenyum bahagia. Dunia masih baik-baik saja.



Genre: Nonfiksi

Tema: Masakan