Teguh Budi Utomo
Bagiku musik adalah sangat mempengaruhi kehidupan. Aku sangat suka mendengarkan musik ketika sedang suntuk, sendiri, bahkan saat bekerja. Menonton konser hobiku yang lainnya, hanya saja sekarang aku tinggal di desa sehingga jarang menemukan konser musik. Paling banter ya hiburan organ tunggal saat tetangga hajatan. Menurutku organ tunggal itu lebih seru dari konser musik sungguhan karena di panggung hajatan itu kita bisa menyumbang banyak lagu ditemani biduan.
Hiburan rakyat lainnya di desaku berupa Jathilan atau festival kuda lumping dengan musik tradisional. Menurutku juga lebih seru karena selain menonton musikus pamer skill alat tradisional, kita juga disuguhi banyak adegan berbahaya dari pemain kuda lumping ketika kesurupan. Jika kalian menonton Kuda Lumping ini dengan khusyuk pasti momen mengasyikkan itu cepat datang, atau bisa jadi kalian yang bakal kesurupan. Hehehe.
Berbicara musik, menurutku usia bisa mempengaruhi genre. Ketika masih kuliah aku cenderung menyukai musik -musik Rock. Sebut saja Fire House, Guns N Roses, Bon Jovi, dan White Lion. Mereka kerap menemaniku saat mengulet di kasur kamar kost yang pengap. Musik slow rock lawas dari barat tersebut tetap eksis di telingaku meski Indonesia saat itu sedang bingar musik pop macam Ungu, Radja, Letto, Keris Patih, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Namun, semakin bertambah usia selera musik berubah. Akhir-akhir ini aku lebih suka dengan tembang kenangan dan musik Koplo. Yap, koplo. Menuruku koplo sangat unik, selain bisa membuat kita bergoyang, musik ber-BPM menengah dan tinggi itu sangat cair, cocok untuk semua jenis genre. Mau lagu barat, lagu rock, pop Indonesia, tembang kenangan, dangdut, lagu Jawa, Batak, Minang bahkan salawatan makin mengasyikan ketika disajikan koplo.
Maka wajar saja jika istana Merdeka dan seluruh isinya menjadi bergoyang dan bergemuruh saat Farel Prayoga bernyanyi Ojo Dibandingke diiringi musik koplo dalam momen upacara HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-77 dua tahun lalu. Ini menandakan musik koplo sangat disukai oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.
Jiwa yang dulu cadas mendadak berubah tenang ketika mendengar alunan suara kendang koplo. Oktaf tinggi yang dulu lantang diteriakkan sehingga hampir memutuskan urat leher sekarang berubah genit tetapi asyik seperti buka sithik joss, eeeeeeaaaaaaa dan tok ganjel tok.
Setiap orang punya musik kesukaannya sendiri. Negara dan hukum tidak boleh mengikat selera pendengar di Indonesia dan kesukaannya terhadap jenis musik sesuai hati nurani. Dan yang terpenting adalah jangan pernah mencela orang lain jika selera musiknya tidak sama. Ingat bang Haji Rhoma Irama pernah menuliskan dalam sebuah lagu yang berjudul Musik
Lain Kepala lain pula kesenangannya pada musik /Dari itu mainlah musik asalkan jangan saling mengusik Memang dengan adanya musik dunia ramai jadi berisik/Tapi kalau tak ada musik dunia sepi kurang asik.
Genre: Nonfiksi
Tema: Musik